Tuesday, December 12, 2006

Perutusan Khas Buat ‘Cinta’

Bismillahirrahmaanirraheem…

Ke hadapan Cinta yang disayangi selalu kerana Allah…semoga warkah pertama dan terakhir yang tidak diundang ini tidak mengganggu ketenangan hati dan jiwa Cinta…yusrina tidak bermaksud apa-apa…cuma sekadar menyampaikan hasrat dan kata-kata ikhlas dari nurani yang tak mampu dilafazkan dengan tutur bicara….kerana bagi yusrina, kata-kata itu mungkin bakal bersifat tajam seperti tajamnya mata pedang…dan yusrina tidak mahu Cinta terjejas olehnya…Wallahu a’laam…inshaAllahu khayr..

Pertemuan kita ternyata sudah tertulis dan tak bisa ditukar-ganti oleh sesuatu pun…subhanallah, perjumpaan yang tidak disangka-sangka akhirnya menguntumkan ukhuwwah yang tidak mengenal batas usia, tempat, keturunan, asal-usul dan seumpamanya…Alhamdulillah, terus-terang yusrina katakan betapa bersyukurnya setelah Allah mentakdirkan kita saling mengenal…walaupun ianya berputik lewat April yang lalu….mungkin Cinta tak bisa mengimbau kembali detik manis itu…tapi inshaAllah, ianya masih terpahat kukuh di sanubari yusrina…indahnya Ukhuwwah Islamiyyah itu…

Orang selalu menyangka….perkenalan dalam tempoh yang singkat takkan mampu memantapkan taa’ruf seseorang itu…tapi untuk kasus kita berdua, mashaAllah, masa yang sedikit itu ternyata Allah berikan peluang untuk kita lebih rapat…bergandingan ke-sana ke-mari…terutamanya sewaktu bersama-sama mengejar bus dan train untuk ke city demi meneroka ilmu Allah….yusrina hampir tergelak kecil tatkala mengingatkan saat dan ketika itu…banyak pengalaman manis, pahit dan melucukan yang kita tempuh….ditambah dengan teman-teman yang lain…rindunya saat itu…andai masa bisa diputar kembali…huhuuhu..

“Kusangka panas hingga ke petang, rupanya hujan di tengah hari…”

Barangkali peribahasa melayu ini amat bertepatan dengan episod persahabatan kita….subhanallah, it’s totally out of my blue…ternyata, ianya tak menjanjikan sesuatu yang manis buat selama-lamanya…Tiba masanya jalinan persahabatan kita diuji olehNya…saat itulah yusrina terasa benar-benar terduga keikhlasan dan kejujuran…keyakinan pada hebatnya kasih sayang yang dibina atas nama Ilahi…Ya Allah, beratnya ujian untuk kami..

Terkilan yusrina lantaran ketidakmampuan diri untuk sentiasa berada di samping Cinta…terutama saat Cinta benar-benar perlukan seseorang untuk menyuntikkan semangat dalam diri…astaghfirullahal’azim…yusrina memohon rimbunan keampunan atas kelemahan dan kekurangan diri…bukanlah yusrina mahu menjauh atau melarikan diri dari masalah, tapi ketika itu yusrina seolah-olah hilang arah selepas mengalami “trauma” yang tak pernah yusrina jangka akan terjadi…la hawla wa la quwwata illa biLLAH…maafkan yusrina, Cinta…mungkin ini kegagalan pertama yusrina dalam bersahabat dengan Cinta…tapi harapan yusrina..biarlah ianya yang pertama dan terakhir…dan inshaAllah…yusrina yakin ianya satu teguran penuh makna dariNya untuk pedoman yusrina….dan buat Cinta juga…wallahu ta’ala a’laam…Dia lebih layak untuk menilainya…yusrina terima dengan hati yang redha dan pasrah…moga masih ada lagi ruang untuk yusrina di hati Cinta…semuanya bagaikan angin badai yang kencang….datang menerjah tanpa khabar…tanpa tanda…menggoncangkan hati yang sebenarnya masih lemah…aasifati jiddan ya ukhti habibati….

Tapi Cinta…subhanallah, di saat yusrina kebuntuan…terasa sempit dan buntu akal untuk memujuk hati sendiri dan juga Cinta…Allah mentakdirkan yusrina membelek al-quran kecil yusrina, teman akrab yusrina yang diharapkan akan mampu menjadi pembela diri ketika menghadap Yang Agung…inshaAllah..

…Dia berfirman:

“Sungguh Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sekecil zarrah, nescaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisiNya..” [QS4:40]

Nah, Cinta…kalau beriman dengan ayat ini…sewajarnya Cinta tidak putus asa..malah terus berharapkan rahmat dariNya…ujian yang bertimpa-timpa pada diri Cinta sememangnya telah ditetapkan sejak awal lagi…musibah…dugaan…tribulasi..itu semua lumrah kehidupan…Cinta…Life is not BUT a test….ianya bisa datang saat kita masih lagi wujud di dunia ini dan juga di hari akhir…

Bukan sedikit Allah mengingatkan kita tentang musibah dalam Kalam SuciNya…

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar..” [QS2:155]

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun..” [QS67:2]

Sekali lagi Cinta…yusrina dengan penuh rasa rendah diri meminta maaf atas kesilapan dan keterlanjuran perilaku yusrina selama kita diizinkan bersama...tidak dinafikan…background kita berbeda….perjuangan ilmu kita juga tidak sama…tapi kita tetap serupa..kerana kita ditemukan untuk berada di atas satu jalan pendakian panjang lagi berliku-liku…yang pastinya menagih seribu satu pengorbanan….dan harus diingat Cinta… “perjuangan itu ertinya berkorban..dan berkorban itu ertinya terkorban”…penat kita berjalan beriringan..tapi masih belum terlihat penghujungnya..namun, kita tetap berdoa semoga Allah memberi kekuatan untuk kita meneruskan perjalanan itu…Ameen…

Barangkali ini titik perpisahan kita…Cinta bakal pulang ke medan sebenar..dan yusrina inshaAllah, masih lagi bertarung di bumi asing….jihad ilmu masih lagi jauh…kalaupun yusrina tiada di sisi Cinta…yusrina pohon dengan sangat agar Cinta tetap tabah dan kuat…jangan lemah dek ujian hidup…sebab setiap saat yang berlalu itu hádala pertarungan yang tidak dapat dielakkan…jangan pernah putus asa wahai Cinta…itu bukan sifat seorang mukmin…ingat lagi kan hadis yang yusrina ulang beberapa kali pada Cinta?

“….pelik urusan seorang mukmin itu…apabila dia mendapat nikmat, dia bersyukur dan itu adalah yang terbaik baginya…dan apabila dia mendapat kesusahan, dia juga bersyukur dan itu juga adalah yang terbaik baginya…”[afwan, yusrina lupa lagi periwayatnya, tapi yusrina yakin ianya hadis shahih…ingatlah hadis ini di saat Cinta diuji pada titik kelemahan…inshaAllah, moga ianya menjadi penawar buat hati yang gusar..]

Di sini juga yusrina titipkan satu lagi hadis yang amat bertepatan dengan kasus kita berdua..dan mungkin untuk saudara-saudara seaqidah yang lain…khayr, inshaAllah

Dari Abi al-Abbas Abdillah bin Abbas radiyallahu ‘anhuma katanya: “Pada suatu hari adalah aku di belakang Nabi SAW, lalu baginda bersabda: Hai anak!aku akan mengajar engkau beberapa perkataan. Peliharalah Allah, nescaya engkau dapatiNya di hadapan engkau. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau memohon pertolongan, maka pohonlah pertolongan itu dengan Allah. Dan ketahuilah! Sesungguhnya umat itu kalau mereka berkumpul untuk memberi manfaat kepada engkau dengan sesuatu, tidaklah mereka dapat memberikannya kepada engkau kecuali dengan sesuatu yang sudah dituliskannya oleh Allah atas engkau. Dan jika mereka berkumpul untuk membahayakan dengan sesuatu, tidaklah mereka dapat membahayakan engkau kecuali dengan sesuatu yang sudah dituliskanNya oleh Allah atas engkau. Diangkatkan segala pena dan telah keringlah pula segala buku…” [Diriwayatkan oleh Tirmizi, dan katanya hadis ini hasan shahih]

Yusrina tak berniat nak ulaskan hadis ini..tapi subhanallah, kalau Cinta baca syarahnya…sangat menarik dan menenangkan jiwa…semoga Cinta dapat memanfaatkannya sebagaimana orang lain yang telah berjaya memanfaatkannya….Ameen..

Last but not least…this lovely poem is for you…it has been forwarded to my email before…have a read…

Don't Say You're Not Important

It simply isn't true,
The fact that you were born,
Is proof, Allah has a plan for you.
The path may seem unclear right now,
But one day you will see,
That all that came before,
Was truly meant to be.
Allah wrote the book that is your life,
That's all you need to know.
Each day that you are living,
Was written long ago.
Allah only writes best sellers,
So be proud of who you are,
Your character is important,
In this book you are the Star.
Enjoy the novel as it reads,
It will stand throughout the ages,
Savor each chapter as you go,
Taking time to turn the pages..
Courtesy: Brother Ghulam Ali


Wallahu ta'ala a'laam....jazakumullahu khayran katsiran 'ala kulli hal...Allah yubarak fiikum...Ameen


Min,
Ukhtil mukhlisah,
Ukhti Yusrina

Sunday, December 03, 2006

Indahnya ayat-ayat suci Kalam Allah...

Bismillahirrahmaanirraheem…ana mulakan nukilan nurani dengan Asma’ Allah…memohon supaya apa yang ana tulis ini nanti akan memberi sedikit manfaat buat diri ana (terutamanya), dan inshaAllah semoga dapat juga dimanfaatkan oleh sahabat-sahabat di luar sana yang sangat ana kasihi fillah…khayr, inshaAllah..

Suatu malam ketika ana berada di bulan penuh barakah, bulan Ramadhan yang lepas…alhamdulillah, Allah mengilhamkan ana dan beberapa orang sahabat seperjuangan untuk menunaikan solat Tarawih di Beddoe Mosque yang terletak berdekatan dengan Monash University…syukuriLLAH, walaupun Beddoe Mosque tak sehebat masjid-masjid lain di bumi Malaysia, hanya sebuah unit kecil berupa rumah…yang agak terasing dari bangunan-bangunan besar lagi gah…namun ana fikir ia berjaya memainkan peranannya dengan baik…setanding dengan masjid-masjid lain…Allahu a’laam…

Sebenarnya ana tak terfikir untuk solat di Beddoe pada malam itu memandangkan malam tu bukan malam minggu..kerana selalunya malam minggu, i.e. hari Jumaat, kami akan beramai-ramai berjalan ke Beddoe usai Majlis Ifthaar anjuran Monash University Islamic Society (MUIS)…tapi pasti ada hikmahnya Allah menetapkan perencanaan sedemikian rupa…kami berempat menaiki kereta ke sana, sebelum masuk waktu Isyak…

MashaAllah…imam pada malam tu mengalunkan bacaan-bacaan ayat al-quran yang dipetik dari tiga surah yang berturutan antara satu sama lain…Sewaktu solat dua rakaat Tarawih yang pertama…imam membaca surah An-Najm…alhamdulillah, ana dapat membuat tekaan yang tepat memandangkan ayatnya amat jelas..dimulai dengan perkataan “Wannajmi”.. I would say that it’s an educated guess…alhamdulillah…diteruskan pula untuk rakaat ketiga, keempat dan seterusnya…usai membacakan surah An-Najm, imam mula dengan surah baru…astaghfirullahal’azim..kali ni memang ana tak dapat nak teka, malah ana tiada clue…I was clueless at that moment…mungkin itu kelemahan diri ana sendiri…yang masih lagi sukar untuk menghafal nama-nama surah di dalam Al-quran..sedangkan ana diberi keupayaan untuk menghafal beberapa bahagian anggota badan manusia dalam bahasa Latin sewaktu mula belajar subjek Anatomy semester yang lalu….ya Allah, ampunkan hambaMu ini…atas kelemahan dan kekurangan diri…tapi tak mengapa, there is always room for improvement…

Setelah tamat surah yang ana memang lupa terus namanya tu…ana alhamdulillah, dapat mengingat nama surah selepasnya..i.e. Ar-Rahmaan…again, it’s an educated guess, probably because it’s so obvious from the very first aayah (verse) and also, this is one of my favorite surah (chapter)…among all the surahs (chapters) in the Quran…subhanallah, surah Ar-Rahmaan lah yang paling pertama ana akan buka setiap kali ana dilanda kesedihan, kesusahan, masalah dunia yang tidak pernah selesai, atau di saat ujian datang menjenguk khabar iman ana…alhamdulillah, ternyata ianya adalah As-syifaa’ (penawar) dan juga ubat hati yang paling mujarab buat diri ana…mungkin buat diri sahabat-sahabat yang lain juga..Allahu ta’ala a’laam…you know yourself better than others do.

Sambung lagi…kami hanya tunaikan solat Tarawih sebanyak 8 rakaat dan tunggu seketika untuk sesi tazkirah..mashaAllah, again..tazkirah tersebut amat sesuai dengan diri ana..yang inshaAllah, telah memilih satu jalan yang suatu masa dulu pernah disusuri oleh Rasulullah, para sahabat…dan ana berharap ana akan ‘jalan terus tanpa menyimpang lagi’…dan ana pohon semoga Allah menetapkan hati-hati kita di atas jalan ini..ana fikir, pentazkirah tu masih lagi muda..mungkin dalam lingkungan umur kami…dari gaya percakapan beliau…Allahu a’laam..mungkin sangkaan ana salah atau meleset..tapi itu bukanlah menjadi satu isu yang besar…beliau membicarakan perihal keluar berdakwah dan kepentingannya terhadap masyarakat masa kini…cuma, beliau banyak kali mengulang perkataan “Khuruj” (i.e. keluar)…secara tidak ana sedari, terlintas sesuatu di fikiran ana..sebab perkataan “Khuruj” ni sangat familiar, but anyway…I’ll leave it open..no comment…inshaAllahu khayr…

On the way back…kami berempat berbincang tentang surah-surah yang dibacakan oleh imam semasa solat Tarawih…senior ana, Kak Aina bagitau ana yang surah selepas An-Najm adalah surah Al-Qamar…mashaAllah, kenapalah ana tak terlintas langsung surah tersebut..walhal dalam ayat pertama sudah disebut kata “Al-Qamar”…innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun….justeru, ana muatkan video clip tentang surah Al-Qamar oleh Syeikh Mishary Al-Afasy…buat tatapan sahabat-sahabat sekelian…

Kenapa surah Al-Qamar? Kenapa bukan Surah Ar-Rahmaan yang menjadi surah kesukaan ana…hm, ana pun tak tahu kenapa..tapi subhanallah, tersentuh hati ana setelah mendengarkan bacaan Syeikh Mishary ni ditambah dengan video clip ni…antum lihatlah sendiri..semoga mendapat kebaikan darinya..

Tapi apa yang menarik dari surah Al-Qamar…kalau antum perasan, Allah ulang beberapa kali dua ayat penting ni..mungkin antum boleh rujuk al-quran masing-masing..

Maksud kedua-dua ayat tersebut adalah seperti berikut:

“Maka betapakah dahsyatnya azabKu dan ancaman-ancamanKu.”

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Dalam surah yang tidak begitu panjang ni Allah sebutkan beberapa kisah kehancuran musuh-musuh agamaNya…yang menjadi sebab agar kita dapat mengambil pengajaran penting daripadanya…inilah salah satu keindahan Kalam Allah...satu kitab suci yang memuatkan kisah-kisah yang mengandungi banyak pengajaran dan pengiktibaran…adanya unsur At-targheeb (khabar gembira) dan At-tarheeb (ancaman) [1] di dalamnya..
  • At-targheeb: arouse interest, awake desire, to mention matters that cause one to desire to do good, seek the reward of such actions and strive to attain Paradise, etc.
  • At-tarheeb: frightening, to mention matters that cause one to abandon the perpetration of bad deeds and fear their consequences and the Fire, etc.

Bijaknya cara Allah mendidik hamba-hambaNya…walaupun diberitakan ancaman yang maha dahsyat, tapi Dia tahu akan sifat makhluk ciptaanNya yang perlukan sesuatu perkhabaran baik untuk memulihkan semangat…di sini nampak keseimbangan, kesempurnaan…mashaAllah, kalau tidak, nanti pincanglah konsep Ar-Rajaa’ (harap) dan Al-Khauf (takut) pada diri seseorang hamba…Allahu a’laam…Dia yang Lebih Mengetahui perihal makhluk-makhlukNya…Ana bagi satu contoh di sini…yang membuktikan adanya unsur At-targheeb wa At-tarheeb di dalam Al-quran…hope this helps..inshaAllah:

“Khabarkanlah kepada hamba-hambaKu bahawa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan sesungguhnya azabKu adalah azab yang sangat pedih.” [QS15:49-50]

MashaAllah, sesungguhnya peranan al-quran itu cukup besar dalam kehidupan seseorang muslim…al-quran itulah perlembagaan hidup kita, panduan dan pedoman, petunjuk jalan, penawar kepada segala jenis penyakit, terutamanya penyakit hati…(too many to be listed).

“Dan Kami turunkan dari al-quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (al-quran) itu hanya akan menambah kerugian.” [QS17:82]

Suka untuk ana quote dari satu kitab [1] yang ada di sisi ana sekarang:

The quotation goes like this:

“..The fact that Allah made it (Al-quran) blessed and guidance for the worlds. He placed within it a cure for illnesses, especially the illnesses and diseases of misconceptions and desires of the heart. He made it a source of glad tidings and mercy for the worlds and as a form of remembrance for those who remember. He made it a guide towards that which is most just and upright, and He mentioned aayat and threats by which they may fear or would cause them to remember and reflect…”

Justeru, ana menyeru kepada diri ana sendiri dan sahabat-sahabat sekelian untuk lebih banyakkan berinteraksi dengan al-quran…marilah kita belajar mengakrabi al-quran..kerana inshaAllah, ianya akan bernilai ibadah di sisi Allah..bahkan ia bakal menjadi pembela kita di akhirat kelak…

Akhir kalam…hayatilah pesanan dari Ibnu Al-Qayyim di bawah:

“If you want to attain benefit from the quran, bring your heart together upon reciting or listening to it, and divert your hearing to it, and be present in front of it, in the manner of one who is present and spoken to by the One who spoke it, How perfect He is..” [1]

Wallahu ta’ala a’laam…afwan katsiran andai nukilan ana kali ni sedikit ‘comot’..mungkin sebab dah lama tinggalkan penulisan…inshaAllah, semoga Allah memberkati antum semua…Ameen…

Rujukan:[1] “Causes Behind the Increase and Decrease of Eemaan”, by Shaykh ‘Abdur-Razzaaq al-‘Abbaad.

Thursday, November 16, 2006

The Pencil Parable...something to ponder over...




























After reading through this nice piece of advice, I reckon that I can now understand what a friend of mine used to tell me before:

"The more one is the instrument of God, the more readily God works through that instrument. If a pen rebelled against the direction of the hand, less writing would be possible."

HAPPINESS keeps you SWEET,
TRIALS make you STRONG,
SORROWS keep you HUMAN,
FAILURE keeps you HUMBLE,
SUCCESS keeps you GLOWING...and
ALLAH keeps you GOING!


Wallahu ta'ala a'laam....

Wednesday, November 15, 2006

Dust is my bed....




Sincerely supplicating to the Lord,
You're my hope
Hoping - O Allah - for
a Paradise
in which my bliss shall be attained...

DEATH: To our surprise, this five-letter-word is mentioned more than 200 times in the Noble Qur'an...Indeed, death is INEVITABLE...So, be prepared my beloved brothers and sisters in Faith...

"Everyone shall taste death. And only on the Day of Resurrection shall you be paid your wages in full. And whoever is removed away from the fire and admitted to Paradise, he indeed is successful. The life of this world is only the enjoyment of deception (a deceiving thing)." [QS3:185]

May Allah grant His Mercy towards my dear deceased brother, Khalid Abdul Aziz...Ameen

Today will always be such a memorable day for the rest of my life...Allah knows best....Wallahu ta'ala a'laam....

Seeking His forgiveness....



Tuesday, November 14, 2006

Belajarlah pada pohon....


Sejak beberapa hari yang lalu, diri ini terpanggil untuk membaca kisah-kisah teladan buat menjadi bekalan bagi meneruskan perjuangan hidup sebagai musafir perantau di dunia menuju kehidupan abadi di akhirat…

MashaAllah, ternyata di waktu diri seolah lemas dek pancaroba dunia, rupa-rupanya Sang Kekasih tidak lupa untuk mengilhamkan diri ini membuka semula kotak-kotak email yang lama….tangan ini digerakkan untuk membaca kiriman dari seorang ukhti fillah dari negara jiran…Subhanallah, tepat…memang terkena tamparan maha hebat di rona wajah tatkala membaca kisah ini dari satu perenggan ke perenggan yang lain..justeru, diharapkan sahabat-sahabat sekelian mampu meluangkan sedikit masa untuk meneliti kisah ini dan cuba mengeluarkan ‘ibroh (pengajaran) daripadanya….Wallahu ta’ala a’laam…Allah yubarak fiikum…

***************************************************************************

Suatu hari saya mendapat cerita dari seorang sahabat dekat. Dia tinggal di kota lain di sebuah negeri empat musim. Jangan pernah tanya siapa, kerana dia tidak mahu namanya disebut-sebut. Cerita ini berkisarkan pergelutan batinnya dalam mengenal Tuhan. Mungkin ada pelajaran yang bisa kita ambil daripada kisah ini. InshaAllahu khayr…Dia mempunyai seorang guru spiritual yang juga masih muda, namun memiliki ilmu dan hikmah yang sangat dalam. Dia bertemu dengan gurunya, lebih kurang sekali dalam sebulan. Setiap pertemuan berikutnya, sang guru selalu bertanya :

“Bagaimana perkembangan dan pengalaman selama sebulan ini? Ada bahan apa yang bisa diambil hikmahnya sekarang?”



Keadaan ini berterusan. Terakhir sebelum berpisah lama dengan gurunya, dia juga sempat bertemu dan sang guru memberi tugas baru. Tugasnya adalah agar dia belajar menjadi manusia. Manusia dalam erti kata yang sebenarnya, iaitu manusia sebagai wakil Tuhan, sebagai khalifah di muka bumi. Dan untuk menjadi khalifah dia harus mengenal yang diwakilinya, mengenal Tuhannya.

"Kenali sifat-sifat Tuhan. Jagalah hatimu, ucapanmu, dan akhlakmu sehingga mencerminkan sifat-sifat Tuhan. Tuhan Maha Suci, Maha Pengasih, Maha Penyayang... Tidak usah pening-pening memikirkan caranya, cukup jalani saja hidupmu dengan seadanya. Tidak usah banyak meminta. Nanti kau akan menemukan sendiri."


Alkisah, sahabat saya ini harus pergi ke negara lain atas urusan pekerjaan. Sebelumnya dia memulai pelaburan, bisnes. Teman-temannya sudah ada yang berjaya, dan dia lihat sendiri buktinya. Dengan berbekalkan sedikit wang beberapa belas juta, dia memulakan pelaburannya. Kemudian dia berniat untuk menambah pelaburannya. Dalam hatinya, jika pelaburan ini sukses, dia bisa melepaskan diri dari masalah kewangan, sehingga bisa beramal dan membantu orang lain dengan lebih banyak.Dia memohon petunjuk dulu kepada Allah. Apakah diperbolehkan pelaburan ini. Jika boleh, mohon dimudahkan. Jika tidak, mohon dijauhkan. Ternyata proposalnya ke bank disetujui, dengan jaminan kenderaan hasil usahanya selama ini. Pelaburan pun bertambah. Lalu dia berangkat.


Namun tidak lama setelah dia bekerja di kota baru, datang khabar buruk kalau bisnes yang diikutinya hancur. Dia kaget, dan mulai khuatir. Dia ingat hal-hal yang diajarkan oleh gurunya. Lalu dia berzikir dan berdoa. Maklum hanya itu yang bisa dia lakukan dari jauh. Tidak mungkin dia pulang dan menyelesaikannya.


Dia mengadukan semua pada Tuhan, dan berharap semoga keadaan menjadi lebih baik. Rajin sungguh dia berdoa, sehingga dia rasakan kenikmatan dalam hatinya yang jarang dirasakan sebelumnya. Hati yang terasa sejuk, seperti disiram ais ketika berzikir. Kekhuatirannya hilang, berubah menjadi syukur. Syukur kerana diberi cubaan dan diberi kenikmatan iman dalam zikirnya.


Beberapa hari kemudian berita baru datang. Keadaan tidak menjadi lebih baik, tetapi lebih buruk. Modal yang dilaburkannya terancam tidak bisa kembali. Disangkakan untung, yang mungkin terjadi adalah kerugian. Dia yang tadinya sudah tenang, kembali menjadi khuatir. Kemudian dalam kesempatan zikir setelah solat, dia pun kembali memasrahkan diri kepada Tuhan. Dia yakin, pertolongan Tuhan sangat dekat. Di sebalik ujian, pasti ada kemudahan. Dia yakin, ujian ini tidak akan lama, dan pada akhirnya pasti Tuhan akan menyelamatkan pelaburannya.


Hari berikutnya, berita datang lagi, bahawa keadaan benar-benar semakin tidak bisa dipulihkan. Hilangnya modal sudah di depan mata. Dia pun tidak bisa membohongi diri, kalau hatinya benar-benar khuatir dan putus asa. Belum pernah dia rasakan keputusan yang sedemikian dalam. Terbayang dalam fikirannya, bahawa di bulan-bulan selanjutnya dia harus membayar hutang ke bank puluhan juta, atas sesuatu yang dia tidak pernah rasakan manfaat dan keuntungannya.

Dia mulai berprasangka buruk kepada Tuhan. Dia merasa malas mengerjakan solat dan zikir, kerana ternyata kenyataan yang terjadi lain dengan yang diyakininya.
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.[QS33:10-11]

Bukankah sebelumnya aku sudah mohon petunjuk kepada-Mu ya Tuhan? Bukankah kesejukan dan ketenangan dalam diriku berasal dari-Mu ya Tuhan? Tapi kenapa jadi seperti ini?


Dia menjadi ragu, apakah Tuhan masih akan menolongnya. Benar-benar kacau keadaan hati dan fikirannya saat itu. Namun tidak lama, hanya kurang dari setengah jam dia merasakan seperti itu. Dia pun ingat yang diajarkan gurunya,

"Segala rasa seksa, itu datangnya dari shaitan." Lalu ia pun sedar, bahawa shaitan dalam dirinya sedang mengelabui dan menutup hatinya. Mencuba agar dia berputus asa dan berpaling dari Tuhan. Melalui fikiran dan nafsu, setan menampilkan gambaran yang buruk-buruk tentang apa yang akan terjadi kemudian. Dan shaitan itu bukan siapa-siapa, tetapi bahagian negatif dari keduanya, dari dirinya sendiri. "



Dia pun berteriak kepada nafsu dan fikirannya,"Wahai nafsu dan fikiranku. Diam kau sekarang. Kalian mahu diselamatkan atau tidak. Kalau mahu, mari bersamaku berwudhu’ dan menghadap Tuhan."Keyakinannya kepada Tuhan tumbuh lagi. Dalam zikir dia bertanya kepada Tuhan tentang hikmah semua ini. Kesalahan apa yang telah dilakukannya. Apa yang dikehendaki Tuhan atas dirinya.

"Jika kau hanya mahu kenikmatan, dan menolak penderitaan, maka bukan sifat Tuhan yang kau pelihara dalam hatimu. Jika kau mahu menjadi khalifah, menjadi wakilKu, maka kau harus mahu menerima kedua-duanya dengan ikhlas."

Sahabatku pun menangis di hadapan Tuhan. Menyesali kebodohan yang baru saja dia lakukan. Menyesali dirinya yang hampir-hampir masuk dalam golongan orang fasiq, orang-orang yang berputus asa terhadap rahmat Allah.

"Belum disebut beriman kamu, jika belum pernah diuji dan belum lulus ujian penderitaan.”


Tangisnya pun semakin dalam. Bukan kesedihan, tetapi rasa syukur yang dalam kerana telah diuji oleh Tuhan. Diberi kesempatan untuk menjadi orang beriman. Ada harapan untuk masuk golongan orang beriman."Ya Tuhanku, dulu aku tiada, sekarang aku tumbuh dengan lengkap sempurna. Dulu aku tidak punya harta, lalu Engkau anugerahi aku, dan sekarang Kau ambil lagi milik-Mu. Kenapa aku sedih dan khuatir ya Tuhan, atas hilangnya sesuatu yang bukan milikku. Betapa bodohnya aku ini. Betapa aku lupa siapa aku ini. Sungguh jika Engkau tidak ingatkan aku dengan ujian ini, pasti aku termasuk orang yang lupa diri selamanya. Ampuni aku ya Tuhan, atas kebodohanku ini.."


Dalam tangis dan zikirnya, dia membuka surat Alam Nasyrah.


"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu. Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap."



Tiada terkira syukur nikmat yang dia rasakan. Nikmat iman dan kedekatan dengan Tuhan. Terasa seperti dalam pelukan kekasihnya. Teringat bagaimana kekhuatiran dalam hatinya dihilangkan, dan diganti dengan syukur. Terbayang saat-saat yang penuh beban kemudian menjadi seringan kapas.


Dan sahabatku pun menjadi tidak lagi peduli dengan kerugian, kehilangan, dan kegagalan. Semua dari Allah, dan sekarang kembali kepada-Nya lagi. Dia pun segera kembali bekerja, seolah tiada masalah yang terjadi. Dia teringat perintah Tuhan agar tidak banyak berangan-angan, khuatir, memikirkan kemungkinan- kemungkinan buruk yang bakal terjadi, dan besarnya nilai kerugian yang dialami. Tidak ada waktu lagi untuk itu, yang ada adalah "mengerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain," iaitu pekerjaannya.


Beberapa hari kemudian berlalu dengan normal. Apapun berita tentang pelaburannya sudah tidak lagi menarik hatinya. Namun sebenarnya masalah masih ada. Hutang tetap hutang, dan harus dibayar! Suatu hari, datang berita lagi, setidaknya untuk saat itu modal dia benar-benar tidak bisa diharapkan kembali. Bisnes yang diikutinya sudah gulung tikar. Mereka yang mengurus bisnes tersebut sedang dalam penyelidikan polisi dan hukum. Dia pun teringat kembali, dari mana harus membayar hutangnya. Minggu depan sudah harus membayar hutang. Kalau tidak bisa, akan dimasukkan daftar hitam oleh bank dan kenderaanya disita.
Dia memang sudah tidak peduli dengan modal yang hilang. Tetapi masalah masih akan timbul seandainya dia tidak mampu melunaskan segala hutangnya pada bank.
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.” [QS3:186]


Seperti biasa, sahabat saya yang menjadi rajin mendekatkan diri kepada Allah sejak ujian ini, merenung dengan hatinya dan berzikir. Dia sudah ikhlas dan memasrahkan semua urusan kepada Tuhan. Dia sudah tidak pernah memohon agar diringankan atau dikembalikan modalnya. Dia yakin, semua memang sudah diatur oleh Allah untuknya.Kenapa harus meminta yang aneh-aneh yang mungkin di luar scenario Allah? Oleh kerana itu, doanya hanyalah "agar diberi penerang dalam ujian ini, dan diberi akhir yang terbaik."


Dalam zikirnya dia mendapat penjelasan. Ada beberapa kesalahan yang dia lakukan dalam bisnes itu. Pertama, adanya niat dalam hati untuk "bebas dari masalah kewangan yang membelenggu". Berharap memperoleh pendapatan pasif sehingga merasa cukup dari sudut material dan tidak perlu lagi khuatir soal wang. Ternyata, hal ini bisa menggelincirkan hatinya pada kemusyrikan yang lembut. Kemusyrikan yang ditimbulkan oleh harta. Bagi Tuhan, jika dia merasa tenang kerana kecukupan material, atau "bebas financial", maka itu sama saja dengan kemusyrikan. Sebab dia merasa tenang bukan kerana Allah. Dia tenang kerana sesuatu selain Allah. Belum saatnya bagi dia untuk mengalami "bebas financial" ini, kerana pasti akan terjerumus. Suatu saat jika sudah tiba waktunya, pasti akan dianugerahi oleh Allah kebebasan ini. Namun saat itu dia sudah siap, sehingga tidak tertipu oleh kesenangan material. Ujian ini untuk mempersiapkan dirinya.


Kedua, adanya keinginan untuk bisa membantu lebih banyak orang dengan banyaknya harta yang dia miliki nanti.Bukankah ini niat yang baik? Benar, tetapi ternyata keinginan ini bisa menipu dengan halusnya. Ada kesalahan dalam keinginan tersebut, iaitu sesungguhnya bukan dia yang membantu manusia lain, tetapi Tuhan. Jika benar terjadi dia bisa membantu banyak orang, pasti dia akan tertipu oleh rasa dirinya, oleh pengakuan dirinya. Pengakuan bahwa "aku telah beramal soleh dengan membantu banyak orang." Lalu muncul kepuasan dan kebanggaan spiritual yang tidak dia sedari. Tidak seharusnya dia memiliki rasa seperti itu, kerana semua harus dikembalikan kepada Tuhan. Dirinya dipakai oleh Tuhan untuk menolong orang lain, tetapi bukan dia yang menolong. Kesedaran ini harus tumbuh terlebih dahulu, sebelum dia benar-benar menolong orang lain nanti. Dan ujian ini yang mengajarinya. Mengajarkan makna "Bismillah", "Atas nama Allah", "dengan nama Allah". Ertinya ketika dia membantu orang lain, saat itu dalam hatinya harus disedari bahawa yang membantu adalah Tuhan, bukan dirinya. Tuhan sedang menggunakan wadahnya untuk membantu orang lain. Dan tidak sepatutnya dia mengakui itu sebagai amal perbuatannya.


"Ya Tuhan, betapa Mulianya Engkau. Aku membeli ujian ini dengan modal yang tidak seberapa, dan itupun dari-Mu, harta milik-Mu. Namun manfaat yang kudapatkan sungguh tiada ternilai dengan apapun. Betapa bodoh jika aku masih menyesali hilangnya harta itu ya Tuhan."

Demikian katanya lirih dalam hati.Happy ending? Belum...Hutang tetap hutang, dan harus dibayar. Dia pun harus kembali ke alam nyata. Harus tersedar lagi dari tafakkur dan zikirnya, dan menghadapi bulan-bulan berikutnya dengan tekanan dan mungkin penderitaan. Apa yang telah dia dapatkan, sekali lagi, harus dibuktikan dengan kenyataan. "Ya Tuhan, ini adalah minggu-minggu yang berat bagiku. Seperti ditiup angin dan badai kencang. Aku sudah hampir tumbang, tapi Engkau selamatkan aku. Dan sekarang pun belum usai ujian ini ya Tuhan. Aku yakin Kau pasti menolong. Aku tidak minta apapun bahkan untuk Kau ringankan beban ini.Engkau Maha Tahu akan kemampuanku dan keterbatasanku lebih dari pengetahuanku sendiri. Berilah aku petunjuk-Mu, agar aku tidak khuatir lagi menghadapi hari-hari di depanku dalan mengharungi ujian-Mu ini."


Lihatlah pohon di luar jendela itu. Bukankah kau beberapa minggu ini tertarik memperhatikannya? Kau sudah lihat pohon itu dulu berdaun lebat. Lalu datang musim gugur. Daunnya menjadi kuning, rapuh, kemudian berjatuhan ditiup angin kencang. Musim dingin sudah berlalu, dan sekarang musim bunga. Kau lihat daunnya mekar, dari hari ke hari semakin lebat, dan sekarang seluruh cabangnya telah hijau kembali.Dari tahun ke tahun seperti itu. Sejak pohon itu kecil, hingga sekarang menjadi besar. Kau lihat, meskipun daunnya berjatuhan dan kembali mekar, bukan bermakna pohon itu semakin kecil. Tetapi semakin besar, semakin tinggi, semakin rendang.


Seperti itulah manusia yang beriman. Mereka tidak akan pernah lepas dari ujian, dari tiupan angin badai penderitaan. Kerana itulah makanan bagi keimanannya agar tumbuh subur. Namun selalu "sesudah kesulitan itu ada kemudahan", selalu ada yang bersemi, selalu ada kebahagiaan baru. Seperti pohon yang makin tinggi, iman mereka pun semakin meningkat.Kadang-kadang ada pohon yang tumbang kerana badai dahsyat. Namun selama akar pohon itu masih masuk ke dalam tanah, sumber bahan kehidupan, pohon itu tidak akan mati. Daun dan dahannya akan selalu tumbuh. Oleh kerana itu, tancapkan hatimu, akarmu, kepada Sumber Kehidupan, kepada Dzatullah. Maka kau akan selamat.

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” [QS7:205]


Pohon tidak pernah khuatir akan kehilangan daun untuk selamanya ketika daunnya berguguran. Apakah kamu tidak malu pada pohon itu? Belajarlah darinya.

Monday, November 13, 2006

Menulis di atas pasir….

Assalamualaikum wbt buat sahabat-sahabat yang ana kasihi fillah sekelian…terasa dah lama tidak mengetip keyboard untuk blog ana…aasifati dan rimbunan kemaafan dipinta atas kelemahan diri dan kapasiti yang ternyata terhad…ana hanyalah insan dhaif yang biasa…Allahu a’laam..

InshaAllah, entry kali ini ana tujukan buat sahabat-sahabat ana yang sangat ana rindui dan inshaAllah sentiasa dikenang dalam doa seharian ana…tiada apa yang ana mampu berikan..hanyalah sekeping hati yang menyayangi saudara-saudara seaqidah…teman seperjuangan kerana Allah SWT…ana mungkin pernah mengabaikan hak kalian sebagai seorang sahabat…atau mungkin ana pernah mengecewakan sesiapa atas sikap ana sendiri…justeru, ana kongsikan entry ini agar ianya dapat dimanfaatkan oleh sahabat-sahabat sekelian…semoga tautan hati yang diperkukuhkan dengan doa Rabithah ini bisa berkekalan hingga ke akhirnya….dan jalinan ukhuwwah ini diredhai Allah….kerana matlamat utama hidup sebagai musafir lalu ini adalah menggapai keredhaan Allah…sekali lagi…ana memohon kemaafan dan terima kasih teman-temanku…moga Allah memelihara kalian semua…Ameen.


Kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang tanpa dapat menahan diri menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir :

"HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU."

Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencuba berenang untuk menyejukkan galaunya.

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi.

Namun, ternyata oasis tersebut cukup dalam sehingga ia nyaris tenggelam, dan diselamatkanlah ia oleh sahabatnya.Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu :

"HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENYELAMATKAN NYAWAKU."

Si penolong yang pernah menampar sahabatnya tersebut bertanya,"Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?"

Temannya sambil tersenyum menjawab,"Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila dalam antara sahabat terjadi sesuatu kebajikan sekecil
apa pun, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tetap terkenang tidak hilang tertiup waktu."

Dalam hidup ini sering timbul beza pendapat dan konflik kerana sudut pandang yang berbeza. Oleh kerananya cubalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu.

Marilah kita belajar menulis di atas pasir!

Wallahu ta’ala a’laam…ana al-faqeerah ilallah…



Thursday, November 09, 2006

Remember Allah....anytime anywhere...

Allah has more patience than you can imagine. He would also like to teach you how to be patient with others. HE LOVES YOU so much that He is doing all these to you everyday even with all your ungratefulness to Him.

The landscape that He made is only for you, He does not need it...Well, you are getting up again...and just out of His love for you, He might give you another nice day!!!!

Or, will He?

Wednesday, November 01, 2006

Erti Kebahagiaan....


“Sesungguhnya kebahagiaan itu ialah, anda hidup
untuk pemikiran yang benar dan kukuh
untuk akidah terbesar yang menyelesaikan permasalahan alam yang lampau
persoalan yang disoal oleh orang yang tertanya-tanya
semasa mereka sedar dan cerdik boleh berfikir
Dari manakah aku datang?
Ke manakah aku hendak pergi?
Kenapa aku dijadikan?
Adakah aku hidup kembali?

Lalu bersinarlah keyakinan di dalam jiwa
terusir segala keraguan yang degil
terdidiklah fikiran yang waras
terciptalah akhlak yang mulia
dan kembalilah setiap akal yang menyeleweng kepada jalan yang benar dan lurus
hidupmu akan dikurniakan nilai
oleh Tuhanmu agar hidupmu terbina
supaya matamu memandang di segala ufuk
ke arah cita-cita yang tinggi

Lalu hiduplah kamu di dunia untuk akhirat
di sanalah kamu hidup kekal dan tidak fana'
kau tudung bumimu dengan langit
dan para malaikat menjadi saksi
itulah akidah Islam untuk muslim yang bahagia
itulah asas, itulah tiang serinya
Sesiapa yang hidup memikulnya sambil memekik
dengan namanya; dialah orang yang berbahagia…”


~ Dr Yusuf Al-Qaradhawi~


Sesungguhnya puisi yang indah itu lahir dari hati yang suci dan bersih....wallahu a'laam...

Three Required Characteristics for Seeking Knowledge...

Assalamualaikum wbt to everyone...just a piece of reminder for myself and may it benefit you all...Have a read...[A credit to Abu Anas for this nice piece of writing]...may Allah reward you good..Ameen

Tonight, we will begin with a very important and beneficial, Allaah-willing, introduction on the method of seeking knowledge. The reason for this talk is due to the great response and love for seeking knowledge that we see from the youth, may Allaah bless them. However, many of them are not aware of the correct method for acquiring it. How should one seek knowledge? Some of them spend a long time, maybe years, seeking knowledge but they don’t achieve the level that others have achieved during that same amount of time. The reason behind this is due to his lack of adhering to the correct methodology with regard to seeking knowledge. This is the methodology by which if a student of knowledge adheres to it, he will achieve a share of what Allaah had decreed for him – a share that will benefit him; a share that is firm and established, which he will be able to convey to others in a clear and doubt-free manner.


Many of the youth read various writings – sometimes on the subjects of Hadeeth and sometimes on the subjects of Tafseer and Fiqh. They listen to and attend the gatherings of the people of knowledge. However, when they go back and examine themselves – i.e. those who have attended lectures for a year or two – they find that they have not fully understood the subject matter presented to them. Or perhaps they find that they have not acquired a lot of knowledge from this. Their attendance of lectures and lessons has not provided them with a well-founded basis of knowledge, which they can use as a way and method to follow and judge by. The reason for this is due to the lack of adhering to the correct method for seeking knowledge.


So a student of knowledge must follow a clear and defined methodology when seeking knowledge. If he fails to do so, he will divert from the correct path, which is why we see that many of them get fed up and impatient with knowledge. They spend years studying, but then grow weary and tired and eventually give it up. Then some more years pass by and they go back to being regular common folk or reciters – something they never expected. So we would like for the new up and coming student of knowledge to abide by two characteristics:


First: He should adhere to the method of education that those people of knowledge before us adhered to, and due to which they became scholars, after having treaded upon this way.


Second: He should be prepared to sacrifice all of his time to seeking knowledge. And he must not get fed up with it regardless of what the situation is.


In his book “Al-Jaami’ Li-Akhlaaq-ir-Raawee wa Adaab as-Saami’”, Al-Khateeb Al-Baghdaadee reported: “One of the students of Hadeeth used to crave and yearn for seeking knowledge. So he would visit the elder teachers and sit in their gatherings. Then when some time had passed, he saw that he had not benefited at all and that he had not attained a great deal of knowledge. So he said: ‘I am not fit for this knowledge” and gave it up, since he thought that there was something wrong with his understanding or that he was not qualified for seeking knowledge. One day, after he had left off seeking knowledge for some time, he passed by a rock that had water falling on it, drop by drop. The continuous dripping of water had affected the rock to the point that it had made a hole in it. The man stood there for a while, contemplating and reflecting, and said: ‘This water, in spite of its softness, was able to have an effect on this rock, in spite of its hardness. And my mind and heart are not harder than this rock and neither is this knowledge any softer than the water.’ So he became determined to go back to seeking knowledge, which he did and excelled at. And he later became one of those referred to with regard to it.”


This shows you that a student of knowledge needs determination. He should not get tired and say: “I have studied and not learned anything!” Rather, he should go back to the cause. The cause is not found in his natural disposition. With regard to most of the youth or most of those who set out to seek knowledge, the cause is not that they don’t understand. Many of them do understand, but the reason why they are not able to acquire knowledge is because they have not followed the correct path and methodology, which produced the people of knowledge that came before us. This path is simple and easy, and it is easier than the paths that many of the people take today.


Once this point becomes clear, the following important question should come to mind, which is often repeated and which many of the youth continuously ask, and it is: What is the correct way for seeking knowledge? How should a student of knowledge follow this way in accordance with the methodology that will enable him to become a (true) student of knowledge and have the ability to study, if Allaah grants him success in that? This is an extremely important question. Attending the gatherings of knowledge has many benefits to it – the greatest of which is that the student of knowledge comes out from these sittings fully understanding the subjects presented to him such that he is able to make others understand what he has understood.


First: The student of knowledge must have the following necessary and binding characteristics and attributes in his quest for attaining knowledge:
  1. The first and greatest of these characteristics is that he must be sincere to his Lord when seeking knowledge. This is since seeking knowledge is an act of worship and the angels, as stated in an authentic hadeeth, lower their wings for the seeker of knowledge out of contentment for what he is doing. So this act of worship must be done sincerely for Allaah’s sake in order for it to be accepted and blessed by Allaah. This means that one should not seek knowledge in order to achieve some worldly position. One should not seek religious knowledge – knowledge of the Qur’aan and Sunnah – for the sake of status or to be heard or so that he may become a teacher or a lecturer or famous or so that he can give lessons and so on. Rather, his intention behind seeking knowledge should be to worship Allaah and remove ignorance from himself. This is so that he may worship Allaah upon knowledge and clear insight.

So therefore, being sincere in seeking knowledge means that (1) one’s intention is for the sake of Allaah and not to attain some worldly position; and that (2) one intends to remove ignorance from himself. Imaam Ahmad was once asked: “How should one have sincerity with regard to knowledge?” He replied saying: “Sincerity in knowledge is that a person intends to uplift ignorance from himself. This is since a person with knowledge and a person that is very ignorant are not equal.”

Allaah says: “Is one who is obedient to Allaah, prostrating himself and standing in prayer during the hours of the night, fearing the Hereafter and hoping for the Mercy of His Lord (like one who disbelieves)? Say: Are those who know equal to those who don’t know?” [Surah Az-Zumar: 9]

And He says in Surah Al-Mujaadilah: “Allaah will raise those who believe amongst you and those who were given knowledge many levels.” [Surah Al-Mujaadilah: 11]

So Allaah has given preference to those who have knowledge over those who don’t. The person who seeks knowledge in order to worship Allaah upon clarity and to remove ignorance from himself and so that he can live his life in accordance with what Allaah has legislated – this is the one who is truly sincere (in his search for knowledge). He is sincere because his intention was for the sake of Allaah. His intention was to free himself from being a follower of desires and from being ignorant and a blind follower.

Sincerity is the first of these conditions and the primary characteristic and attribute that the student of knowledge must have. The proper characteristics and attributes one should have are many, such that numerous books and writings, big and small, have been authored on them. However, we will only mention from those characteristics, those that concern us in this discussion.

Second: One must apply gentleness and proceed in a slow and calm manner in his search for knowledge. This is since the Prophet (sallAllaahu 'alayhi wa sallam) informed us, in general terms, saying: “Verily, Allaah loves gentleness in every affair.” Seeking knowledge falls under this in the general sense. The Prophet (sallAllaahu 'alayhi wa sallam) also said: “Gentleness does not enter something except that it beautifies it.” Knowledge and studying fall under this.

What does it mean to “apply gentleness?” It means that one should not seek to achieve knowledge all at once, as Ibn Shihaab Az-Zuhree, the famous Imaam from the Taabi’een, once said: “Whoever seeks to attain knowledge in one shot, it will leave from him in one shot. Rather, knowledge is to be sought with the passage of days and nights.”

A poet elaborated more on this understanding, saying:

“Knowledge today and tomorrow the same, By doing this a man will attain wisdom, Through choosing knowledge, which is to be gathered, Since a stream is nothing more than a collection of droplets.”

So gentleness is something that is required. But how is this gentleness to be applied? It is by not desiring to attain knowledge all at once, i.e. in one shot. For example, a person wishes to gain knowledge of Tafseer, so he goes and reads the “Tafseer” of Ibn Jareer. The Tafseer of Ibn Jareer contains all aspects of Tafseer. So this person has sought to attain knowledge all at once. It is not possible for one to “start” and “finish” the Tafseer of Ibn Jareer. And if you were to ask him a question regarding it, nothing from the Tafseer would stick to his mind except for a small portion. He remembers that he read this and that he read that. But he will not be able to properly explain to you the meaning of a verse in the manner that is necessary. So then how is this gentleness to be applied? It is by seeking knowledge in gradual stages – this is the way that must be adhered to.

Likewise, we have the example of a man who intends to study the Science of Hadeeth, so he goes to the book “Nail-ul-Awtaar”, and begins with that, or he goes to “Fat’h-ul-Baaree” and says: “That’s it. I finished one chapter from Fat’h-ul-Baaree.” You should know that this type of person will never achieve the level of understanding that the people of knowledge are upon. He may become well-versed or an informed reader having scattered bits of information. But this is not the knowledge that serves as a foundation and which afterward will propel the one who has it to the level of a scholar, if Allaah so grants it.

The same goes for Fiqh. What have you read concerning Fiqh? He says: “I am reading “Al-Mughnee” or “I am reading the “Majmoo’ (-ul-Fataawaa).” It can be honestly said that this person has not applied gentleness in his search for knowledge. He has sought to attain knowledge all at once. “Al-Mughnee” and “Al-Majmoo’” as well as the other larger works – the only ones who should preoccupy themselves with the (Fuqh) issues contained in them are the people of knowledge. As for the beginning student of knowledge, he should not read it from beginning to end. No doubt, he will at some point need to conduct research on a specific issue, in which case he will have to refer to the larger works. However, he should not read these books thoroughly as if he were reading through a novel.

Also, from the requisites of gentleness is that a student of knowledge should not preoccupy himself with the complex intricate issues. This is since, if while seeking knowledge, he preoccupies himself with intricate issues and complex subjects, he will eventually forget it and never acquire knowledge. The reason for this is because he has not established the proper foundation by which he can understand these complex and intricate (Fiqh) issues. Some of us go to classes that deal with extremely complex issues in which the students spend numerous long years and still have not finished it or they spend months on just one chapter alone, and so on, and they think that they have acquired knowledge. No. This is not the correct way since they has have not applied gentleness. And Allaah, the Mighty and Sublime, says: “But rather, be you Rabbaaniyeen (learned men) because of your teaching the Book and studying it.” [Surah Aali ‘Imraan: 79]

Concerning the part of the ayah: “Be you Rabbaaniyeen”, Abu ‘Abdillaah Al-Bukhaaree, may Allaah have mercy on him, interpreted it by saying: “The Rabbaanee is he who nurtures the people using the smaller aspects of knowledge before the bigger ones.” So this person who is well-versed in knowledge and teaching is he who raises the people upon the smaller aspects of knowledge before the bigger ones.

It is honorable for an instructor or student of knowledge, when teaching, to mention everything he knows about a specific issue. After preparing his lesson, he should mention everything that he remembers on the subject. This is an honorable characteristic. However, this is not beneficial for the one who is teaching since he is reviewing what he knows. The person with knowledge should only deliver what the audience needs. He should not deliver to the audience that which is over their level.

So one must apply gentleness – How should this gentleness be? The reply to this will come when we explain the correct method of seeking knowledge, and that is by seeking knowledge in stages.

Third: He must be persistent in his search for knowledge, giving it the dearest and sweetest parts of his time, and not the dead and lifeless parts of it. So if an individual reserves for knowledge and classes the times in which his mind is exhausted and his understanding is weak, he has opposed the correct method of seeking knowledge and is not being sincere to himself.

So therefore, you should give knowledge the best moments of your time, in which your mind is clear, strong and unoccupied. However, this will only happen if there is something else accompanying it. And that is when the student of knowledge is engulfed in knowledge day and night. He wakes up in the morning with knowledge filling his mind and he passes the evening in the same manner. His life revolves around knowledge.

When he wants to sleep, he has a book next to him, which he may need to reference for a particular (Fiqh) issue. This is why some of the scholars say: “If you see the books of a student of knowledge neatly arranged in order, then know that he has abandoned (reading) them.” If you pay an unexpected visit to a person and enter his library to find his books neatly arranged – each book in its proper place – this means that he does not look into them. There is no book on the floor, nor is there any book beside him, and if he has a table, there are no books on top of it – this indicates that he reserves a particular time for “reading”, as done by some hired educators. There is no such thing as ”study time” for the student of knowledge! This is because all of his time is spent in seeking knowledge. In the morning and in the evening, his mind is preoccupied with the various issues of knowledge.

The best period of time in a person’s life in which he can acquire knowledge is in the period of his adolescence. This is when he can devote all of his time to it. He should distribute his time for the various aspects of knowledge, leaving the best portions of it in which his memory is strong to the sciences that require the mind to be overworked, such as the sciences of Jurisprudence (Fiqh), Fundamental Principles (Usool), Grammar (Nahu) and so on. As for normal times, he should reserve that for subjects that do not require his mind to be overworked, such as the subjects of Interpreting the Qur’aan (Tafseer), Narrations (Hadeeth), Terminology of the Hadeeth (Mustalah) and so on. And the times in which his comprehension is at the weakest level, he should use for reading books on etiquettes, books on narrators, the biographies of narrators, history and so on – general learning.

So he is constantly preoccupied wherever he is. He is always busy with seeking knowledge. No amusement or company can deter him from that. This is why we see that the biggest mistake that some who think that they are students of knowledge commit is that they spend long hours in gatherings engaged in he said/she said talk and speech that does not result in knowledge. He will not become a student of knowledge this way. Rather, he will become something else depending on what he preoccupies his time with.

As for the student of knowledge, then his hopes, desires and aspirations are all preoccupied with seeking knowledge. The gathering in which there occurs discussions on seeking knowledge and a clarification of what Allaah has revealed in His Book or what the Messenger of Allaah (sallAllaahu 'alayhi wa sallam) has stated – this is the place in which one can open his heart and broaden his mind. Or it could be in a place of education or in a place where there is an explanation of the knowledge that Allaah revealed. This is the place where the heart finds ease and relaxation.

So therefore, from the required characteristics that a student of knowledge must have is that he constantly engulf himself with knowledge. He should not give knowledge some of his time. Rather, he should give all of his time to it or a portion of it, such as the period of his adolescence – the period in which it is easy for one to acquire knowledge. This is why some of the predecessors would say: “Give knowledge all of yourself, and it will give you some of itself.” This is since knowledge is vast and its aspects are numerous and diverse. This is why when one of the Imaams of Hadeeth was on his deathbed, he would still be narrating hadeeth, telling his scribe to write it down – knowledge that was obtained even in a situation such as this.

This shows you the extent of his sincerity, following (of the Religion) and the fact that his heart was engulfed in knowledge. When Imaam Ahmad was suffering from his final sickness, at times, he would feel pain and groan out loud. So when one of his students came and heard him, he narrated to him with a chain of narration from Muhammad bin Sireen that Anas bin Maalik (radyAllaahu 'anhu) used to consider it detested (makrooh) to groan. After that, he did not hear Ahmad groan again until he passed away.

This mentality on the part of the student and the teacher is that which will enable the student of knowledge, through the Grace of Allaah, to become a scholar in the future, if Allaah wills. And this is the mentality which will enable him to benefit and cause him to always be preoccupied with knowledge – day and night, he is learning. He should not look down upon a point of benefit that comes to him by way of someone that is young in age or old in age. Some people receive points of benefit from individuals that are younger than them (in age and knowledge), and so they feel arrogant towards him or they don’t give that point their full attention. The reason for this is because they have elevated themselves over the knowledge. And when one elevates himself over knowledge, he will not be from those who are able to acquire it.

Rather, a younger or smaller person may have some knowledge that an older or bigger person doesn’t. And likewise one who is younger or smaller may understand some aspects of knowledge whereas one who is older and bigger may not. But if he explains it to him, he should benefit from it. The scholars have mentioned a clear example for this, which is the story of prophet Sulaymaan and the hoopoe bird. Even though the hoopoe bird was lowly in terms of stature and composure and Sulaymaan was elevated in terms of stature, composure and position in the sight of Allaah and before all of creation, the hoopoe bird said to him: “I have grasped knowledge of something that you have not grasped. And I have come to you from Saba’ (Sheba) with certain news.” [Surah An-Naml: 22]

So the hoopoe bird knew something that Sulayman was unaware of. The people of knowledge have derived from this story that you should not be arrogant with someone that brings you a point of benefit (from knowledge), regardless if he is young and lowly or old and prominent.

These three characteristics are extremely important for the student of knowledge. There are other characteristics besides these, as I mentioned before to you, which you should look up in the books that were written about this subject.

Wallahu ta'ala a'laam....Barakallahu fiikum abadan abada....

Friday, October 20, 2006

The Nobel Prize....

Assalamualaikum wbt buat saudara-saudara seaqidah sekalian…subhanallah, bulan Ramadhan yang baru sahaja menjenguk hanya tinggal beberapa hari sahaja lagi untuk pergi meninggalkan kita semua..sebagaimana cepatnya ia datang, begitu jualah cepatnya ia pergi…namun, sewajarnya kita merenung jauh ke dalam sudut hati dan cuba menghisab diri..sejauh mana Ramadhan itu telah kita isi dengan amalan-amalan yang sepatutnya...seandainya Ramadhan kali ini kita penuhi dengan melipatgandakan ibadah, alhamdulillah..ianya satu petanda yang baik..menunjukkan kita telah berjaya ‘graduate’ daripada Madrasah Ramadhan yang Pengetuanya adalah Allah SWT. Tapi seandainya it’s the other way around, maka kerugian besarlah bagi kita… “Rugilah orang yang didatangi Ramadhan, kemudian bulan itu telah berlalu tetapi dosanya tidak diampuni.” [Riwayat Ahmad]…semoga kita semua dipelihara Allah darinya…Ameen.


Suka untuk ana kaitkan entry kali ni dengan The Nobel Prize Award. In The Nobel Prize Award, the winner for that year will be announced in front of other world class scientists. MashaAllah, siapa yang tak nak untuk dinobatkan sebagai pemenang. Tambahan pula, di kalangan orang-orang ternama yang bukan calang-calang. Semuanya nampak professional dan educated. It’s going to be very competitive and only the best among the best would be granted the prize. For this entry, ana terasa untuk share dengan antum semua tentang The Nobel Prize yang diterima oleh dua orang dua orang scientist dari Perth, Australia. Mereka telah berjaya menjumpai bacteria yang menyebabkan penyakit ulcer perut dan gastritis. Oleh sebab kejayaan mereka menjumpai dan meng ‘confirm’kan bacteria tersebut (i.e. Helicobacter pylori), justeru mereka layak untuk menerima award tersebut. Furthermore, penyakit berkaitan dengan usus ni memang sangat menular di bumi Australia. Ana pun kurang periksa kenapa Australians are prone to inflammatory bowel disease…tapi ana assume sebab dietary intake mereka. Allahu a’laam..Untuk makluman , entry kali ini agak panjang. Harap antum semua dapat bersabar untuk membacanya dari awal hingga akhir (if you really have some spare time). Thank you in advance for your time.
*************************************************************************


Sedikit info tentang sejarah The Nobel Prize (ana copy and paste je ni..takperlah kot..sebab tak perlu sign plagiarism sheet…hehe)




The Nobel Prize

Every year since 1901 the Nobel Prize has been awarded for achievements in physics, chemistry, physiology or medicine, literature and for peace. The Nobel Prize is an international award administered by the Nobel Foundation in Stockholm, Sweden. In 1968, Sveriges Riksbank established The Sveriges Riksbank Prize in Economic Sciences in Memory of Alfred Nobel, founder of the Nobel Prize. Each prize consists of a medal, personal diploma, and a cash award.

Australian 2005 Nobel Prize Winners

Barry Marshall and Robin Warren received the prize in 2005 for their discovery in 1982 of the Helicobacter pylori bacterium which causes stomach ulcers and gastritis.

A summary from the Press Release concerning the achievement in Medicine and Physiology:

This year's Nobel Laureates in Physiology or Medicine made the remarkable and unexpected discovery that inflammation in the stomach (gastritis) as well as ulceration of the stomach or duodenum (peptic ulcer disease) is the result of an infection of the stomach caused by the bacterium Helicobacter pylori.

Robin Warren (born 1937), a pathologist from Perth, Australia, observed small curved bacteria colonizing the lower part of the stomach (antrum) in about 50% of patients from which biopsies had been taken. He made the crucial observation that signs of inflammation were always present in the gastric mucosa close to where the bacteria were seen.

Barry Marshall (born 1951), a young clinical fellow, became interested in Warren's findings and together they initiated a study of biopsies from 100 patients. After several attempts, Marshall succeeded in cultivating a hitherto unknown bacterial species (later denoted Helicobacter pylori) from several of these biopsies. Together they found that the organism was present in almost all patients with gastric inflammation, duodenal ulcer or gastric ulcer. Based on these results, they proposed that Helicobacter pylori is involved in the aetiology of these diseases.

Even though peptic ulcers could be healed by inhibiting gastric acid production, they frequently relapsed, since bacteria and chronic inflammation of the stomach remained. In treatment studies, Marshall and Warren as well as others showed that patients could be cured from their peptic ulcer disease only when the bacteria were eradicated from the stomach. Thanks to the pioneering discovery by Marshall and Warren, peptic ulcer disease is no longer a chronic, frequently disabling condition, but a disease that can be cured by a short regimen of antibiotics and acid secretion inhibitors.
**************************************************************************

Satu perkara yang ana nak antum semua fikirkan..apakah yang dimaksudkan dengan “Nobel”? Adakah mereka yang telah dinobatkan sebagai pemenang The Nobel Prize selama ianya telah diadakan sememangnya layak untuk memegang title tersebut? Kalau ana rujuk kamus yang ada di sisi ana sekarang ini, “Nobel” is defined as “morally good or generous in a way that is admired.”

Namun begitu, dalam Islam ana rasa konsep nobel itu sedikit berbeza dengan requirement yang berbeza daripada The Nobel Prize. Allah berfirman dalam Al-quran yang berbunyi:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS49:13]

Justeru, cubalah fikir-fikiran…wajarkah mereka diagung-agungkan hanya kerana mereka memberi sumbangan dalam bidang masing-masing…ana tak kata yang kita tak perlu menghargai jasa mereka, tapi berpadalah dalam mengangkat darjat seseorang kerana taraf kita masih hambaNya hatta setinggi mana ilmu dan kepakaran yang kita ada. Kita mungkin bisa menjadi lebih mulia daripada Malaikat dan bisa juga menjadi lebih hina dan rendah daripada binatang ternak. Namun ketahuilah, seandainya kita mengagungkan Allah, kitalah insan yang paling mulia kerana kita telah meng ‘izzahkan kuasa yang paling hebat di antara yang terhebat (i.e. The Ultimate One, Allah SWT).

Afwan katsiran kalau seandainya entry kali ni agak memeningkan kepala antum semua..ana tertarik untuk kongsikan ini dengan antum selepas mengikuti Katibah Akhawat di sini…alhamdulillah, banyak pengalaman bermakna ana dapat sepanjang program tersebut. Moga antum dapat mengambil manfaat daripada apa yang ana cuba sampaikan ni. Again, ambillah apa yang baik darinya dan tolong buang jauh-jauh apa yang tidak sepatutnya diambil.

Akhir kalam, ana mengambil kesempatan untuk memohon rimbunan keampunan seandainya ada mengabaikan hak antum semua….kekurangan ana dan keterlanjuran perilaku ana selama ana bergelar seorang sahabat kepada diri antum. Maaf zahir dan batin..


Kullu ‘aam wa antum bikhayrin…Ameen


Wallahu ta'ala a'laam



Thursday, October 19, 2006

Pohon Taqwa




"Sesungguhnya pohon yang berguguran daun-daunnya sepanjang tahun telah sampai masa untuk tumbuh kembali, menyaluti pohon taqwa sekali lagi setelah dilanda angin kencang maksiat yang berpanjangan. Ia akan tumbuh semula untuk menjadi pohon yang rendang dan lebat buahnya, mengeluarkan buah sepanjang masa dengan izin Tuhannya, maka dengannya berbekallah seorang mukmin sepanjang tahun hingga bertemu dengan Ramadhan yang akan datang. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang sahih dari Abdullah bin Amru sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: “Puasa dan Al-quran memberikan syafaat kepada hamba. Pada hari kiamat berkata puasa: Wahai Tuhan, aku telah menghalangnya dari makanan dan minuman pada siang hari, maka syafaatku padanya.”"

Monday, October 16, 2006

Ishbiri ya ukhti...isbiri....

Assalamualaikum wbt khususan ila sohibaty, Sumayyah Abdul Aziz…may this entry reach you in the best state of Eemaan and health…I really mean it, inshaAllah…aasifati atas kelemahan diri ini..saya dah lama terdetik untuk menulis secebis tinta harapan buat diri awak dan juga keluarga yang pada saat ini sedang diuji oleh Al-Khaliq dengan dugaan yang bagi saya amatlah berat untuk ditanggung…benarlah, “berat mata memandang, berat lagi bahu memikul”..Semoga awak dan keluarga terus tabah dan bersabar…inshaAllah, pasti ada jalan penyelesaiannya..dan saya pun berharap agar pengakhirannya adalah yang terbaik…Ameen….


Last Friday Khalid went to the HKL for inguinal lymph node biopsy and CT scan...the results didn't come out yet...but from the blood that was taken that day...he had increase in total WBC...30, and very low platelet, only 26 (N:150-400) for those who did not know. This is a bad sign...we were very worried that the disease will come back again....we prayed so hard that it will not relapse after 2 years Khalid in remission...The doctor let him went back home just for the weekend and gave him Prednisolone (steroid) to suppress the production of white blood cells... Buton Monday, despite of the steroid his WBC still increasing...up to 50...


The doctor took the blood again and observed it under the microscope...and Khalid was confirmed to get the disease again, but now it manifest as a leaukimia...I'm very sad...kesian Khalid...Besarnya ujian Allah...lagi sebulan he's going to take SPM that was delayed for 2years...he is going to be 19 this December and still haven't finish school...Sepuluh Akhir Ramadhan we've got to use it sangat2...banyakkan doa...semoga Allah sembuhkan Khalid...and Sumayyah too...Last Tuesday...he'd started the chemotherapy back...again...induction treatment for 1month...Adriamycin and Vincristine....raya kat hospital lagi this year...


Untuk kawan2 semua...tolong doakan adik saya...Jazakallah khairan kathira....May Allah bless all of you....
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Ya ALLAH kurniakankanlah kami kekuatan dan ketabahan utk mnghadapi segala taqdirMu..sembuhkanlah kami agar mudah kami menjalani kehidupan sbg jundiMu, seandainya itu yg terbaik buat kami..terima kasih buat semua yg membantu dan mendo'akan kami sekeluarga..semoga ALLAH merahmati kita semua..selamat mencari lailatulqadr...moga ALLAH perkenankan sgl permohonan kita..ameen Ya Rabb
-sumayyah abdul aziz-
uni of auckland, ramadhaan 1427H


MashaAllah, terasa sebak di dada saya bila membaca posting awak di friendster…saya pun tak dapat bayangkan bagaimana situasi awak sekarang…kesian pada adik Khalid..dalam usia yang muda, sudah diberi ujian maha hebat dari Allah…tapi yakinlah, Allah tidak pernah dan tidak akan membebani seseorang hambaNya melainkan apa yang mampu ditanggunginya [QS2:286]

Terkenang saya pada ketika saya menginap di rumah awak sekeluarga di Jasin..kalau tak salah ingatan saya ini, masa tu kita semua tengah study leave sebelum SSABSA…syukur alhamdulillah, saya dan Tasnim sempat ke rumah awak…frankly speaking, I adore your family very much. Memang suasana dan pengalaman yang saya dapat sewaktu bersama awak dan keluarga sangat berbeza. I pray that I can have that ‘bi’ah solehah’ as your family and instill it to my own family members..inshaAllahu khayr

Ketahuilah Sumayyah dearie…awak dan keluarga memang telah dipilih oleh Allah untuk menerima ujian sebegini rupa. Jelas Allah memang sayangkan awak sekeluarga…terimalah ujian ini dengan hati yang lapang..bak kata syuhadah yang selalu saya ingat di saat dugaan bertamu… “Sabar, syukur dan redha…itulah yang terbaik”..

Sememangnya ujian itu suatu yang berterusan..tiada kan berhenti sehinggalah kita dipanggil bertemu Ilahi..

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cubaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” [QS21:35]

Ujian, dugaan dan cabaran itu boleh datang dalam bentuk yang baik (khayr) ataupun buruk (syarr)…suka saya mengambil ‘ibroh dari peristiwa korban Nabi Ismail. Perintah mengorbankan Nabi Ismail, anak kesayangan Nabi Ibrahim adalah bukti yang ujian boleh akan datang bertentangan dengan apa yang kita inginkan. Di situlah hadirnya tuntutan berkorban, ketaatan dan bukti kecintaan kepada Allah…subhanallah, moga ianya dapat menenteramkan hati awak sekeluarga…Ameen

Sahabatku Sumayyah yang kucintai kerana Allah,

Maafkan diri ini andai tidak bisa mengurangkan beban di pundak…tapi percayalah Sumayyah, titipan doa dari kami sentiasa dikirimkan buat awak sekeluarga…Ya Allah, semoga Sumayyah Abdul Aziz mampu menjadi setabah dan sehebat Sumayyah dan ahli keluarga (Ammar dan Yasir)….ringankanlah beban penderitaan mereka..dan hadirkanlah ketenangan di lubuk hati mereka..Wallahu musta’an….Ameen Ya Rabbal ‘Alamin…


“Ketika iman kepada Allah telah merekah subur dalam jiwa dan kemanisannya telah berpadu dengan hati, maka orang yang merasakannya akan menjadi orang yang sangat penyabar dari setiap mara bahaya, tidak berkeluh-kesah dari hari-hari yang penuh dendam, juga tidak gundah gulana di malam-malam yang terhimpit musibah. Bahkan sebaliknya, dari penampilan mereka, kita melihat sikap keberanian dan kegagahan yang luar biasa mengagumkan tapi juga tidak melupakan kelembutan. Manakala ujian yang sangat dahsyat menimpanya dan bahaya besar menggoncangkannya, iman dan keteguhannya kian bertambah, sabar, dan keyakinannya kian teguh dan mantap.”

Wallahu ta'ala a'laam..
Ukhtil mukhlisah,
Sahabatmu yang jauh di mata, namun qarib di hati...
~Yusrina~
23 Ramadhan 1427H

Tuesday, October 03, 2006

Invocations throughout Ramadhan...the blessed month



1st 5th day of Ramadhan

O Allah, on this day make my fasts the fasts of those who fast (sincerely), and my standing up in prayer of those who stand up in prayer (obediently), awaken me in it from the sleep of the heedless, and forgive me my sins , O God of the worlds, and forgive me, O one who forgives the sinners.

O Allah, on this day, take me closer towards Your pleasure, keep me away from Your anger and punishment, grant me the opportunity to recite Your verses (of the Qur'an), by Your mercy, O the most Merciful.

O Allah, on this day, grant me wisdom and awareness, keep me away from foolishness and pretention, grant me a share in every blessing You send down, by Your generosity, O the most Generous.

O Allah, on this day, strengthen me in carrying out Your commands, let me taste the sweetness of Your rememberance, grant me, through Your graciousness, that I give thanks to You. Protect me, with Your protection and cover, O the most discerning of those who see.

O Allah, on this day, place me among those who seek forgiveness. Place me among Your righteous and obedient servants, and place me among Your close friends, by Your kindness, O the most Merciful.


6th-10th day of Ramadhan

O Allah, on this day, do not let me abase myself by incurring Your disobedience, and do not strike me with the whip of Your punishment, keep me away from the causes of Your anger, by Your kindness and Your power, O the ultimate wish of those who desire.


O Allah, on this day, help me with its fasts and prayers, and keep me away from mistakes and sins of the day, grant me that I remember You continously through the day, by Your assistance, O the Guide of those who stray.

O Allah, on this day, let me have mercy on the orphans, and feed [the hungry], and spread peace, and keep company with the noble­minded, O the shelter of the hopeful.

O Allah, on this day, grant me a share from Your mercy which is wide, guide me towards Your shining proofs, lead me to Your all encompassing pleasure, by Your love, O the hope of the desirous

O Allah, on this day, make me, among those who rely on You, from those who You consider successful, and place me among those who are near to you, by Your favour, O goal of the seekers.

11th-15th day of Ramadhan


O Allah, on this day, make me love goodness, and dislike corruption and disobedience, bar me from anger and the fire [of Hell], by Your help, O the helper of those who seek help.

O Allah, on this day, beautify me with covering and chastity, cover me with the clothes of contentment and chastity, let me adhere to justice and fairness, and keep me safe from all that I fear, by Your protection, O the protector of the frightened.

O Allah, on this day, purify me from uncleanliness and dirt, make me patient over events that are decreed, grant me the ability to be pious, and keep company with the good, by Your help, O the beloved of the destitute

O Allah, on this day, do not condemn me for slips, make me decrease mistakes and errors, do not make me a target for afflictions and troubles, by Your honor, O the honor of the Muslims.

O Allah, on this day, grant me the obedience of the humble expand my chest through the repentance of the humble, by Your security, O the shelter of the fearful.

16th-20th day of Ramadhan


O Allah, on this day, grant me compatability with the good, keep me away from patching up with the evil, lead me in it, by Your mercy, to the permanent abode, by Your Godship, O the God of the worlds.

O Allah, on this day, guide me towards righteous actions, fulfil my needs and hopes, O One who does not need explanations nor questions, O One who knows what is in the chests of the (people of the) world. Bless Muhammad and his family, the Pure.

O Allah, on this day, awaken me with the blessings of its early mornings, Illuminate my heart with the brightness of its rays, let every part of my body follow its effects, by Your light, O the illuminator of the hearts of those who know.

O Allah, on this day, multiply for me its blessings, and ease my path towards its bounties, do not deprive me of the acceptance of its good deeds, O the Guide towards the clear truth.

O Allah, on this day, open for me the doors of the heavens, and lock the doors of Hell from me, help me to recite the Qur'an, O the One who sends down tranquility into the hearts of believers.

21st-25th day of Ramadhan

O Allah, on this day, show me the way to win Your pleasure, do not let Shaytan have a means over me, make Paradise an abode and a resting place for me, O the One who fulfills the requests of the needy.

O Allah, on this day, open for me the doors of Your Grace, send down on me its blessings, help me towards the causes of Your mercy, and give me a place in the comforts of Paradise, O the one who answers the call of the distressed.

O Allah, on this day, wash away my sins, purify me from all flaws, examine my heart with (for) the piety of the hearts, O One who overlooks the shortcomings of the sinners.

O Allah, on this day, I ask You for what pleases You, and I seek refuge in You from what displeases You, I ask You to grant me the opportunity to obey You and not disobey You, O One who is generous with those who ask.

O Allah, on this day, make me among those who love Your friends, and hate Your enemies, following the way of Your last Prophet, O the Guardian of the hearts of the Prophets.

26th-30th day of Ramadhan


O Allah, on this day, make my efforts worthy of appreciation, and my sins forgiven, my deeds accepted, my flaws concealed, O the best of those who hear.

O Allah, on this day, bestow on me the blessings of Laylatul Qadr, change my affairs from (being) difficult to (being) easy, accept my apologies, and decrease for me [my] sins and burdens, O the Compassionate with His righteous servants.

O Allah, on this day, grant me a share in its nawafil (recommended prayers), honor me by attending to my problems, make closer the means to approach You, from all the means, O One who is not preoccupied by the requests of the beseechers.

O Allah, on this day, cover me with Your mercy, grant me in it success and protection, purify my heart from the darkness of false accusations, O the Merciful to His believing servants.

O Allah, on this day, make my fasts worthy of appreciation and acceptance, according to what pleases You, and pleases the Messenger, the branches being strengthened by the roots, for the sake of our leader, Muhammad, and his purified family. Praise be to Allah, the Lord of the worlds.

Friday, August 25, 2006

Tiada Lagikah Cinta Di Palestina?


Dulu, suatu ketika
Tanah itu pernah menjadi tempat diri berbakti
Tidak tandus, tidak juga gersang
Subur mewangi
Bersama dedaunan dan bebunga mekar
Limpahan rahmat Ilahi pada buahan zaitun
Subhanallah, serba indah dan damai

Tapi kini
Semuanya bagaikan mimpi di siang hari
Bumi yang dulunya penuh barakah
Kini hanya dengan sekelip mata
Hancur musnah
Lantaran kerakusan manusia berhati mati
Tiada tergambar perikemanusiaan
Insan kecil dan lemah
Bagaikan tiada harga
Diperlakukan dengan penuh kezaliman
Di manakah hilangnya kuntuman cinta mereka?
Kerasnya hati mereka…nurani bersalut noda

Tidur lena bukan lagi menjadi pilihan
Bermain ria di padang hanya tinggal kenangan
Masakan tidak!
Saban hari saban waktu
Gegendang telinga sakit dan perit
Menahan bunyi dentuman senjata buatan manusia
Kelopak mata tiada lekang mengalirkan deraian air jernih
Tangis, sendu, hiba dan pilu
Jelas terpancar di rona wajah
Dek perbuatan mereka yang penuh superior
Yang cemburu tidak tentu hala
Kerna melihatkan kesenangan insan lain
Pada mereka
Kegembiraan sebenar adalah kesengsaraan ummat Islam
Keagungan mereka
Adalah kehancuran sebuah kehidupan
Zionis la’natullah
Betapa hinanya peribadi
Jijik dan jelek
Bilakah sampainya hari penyesalan?
Persoalan yang masih terbuku
Mungkin ianya mustahil sama sekali

Wahai Zionis
Apakah maknanya semua ini?
Tidak cukupkah lagi melihat keperitan mereka?
Selama 58 tahun hidup dalam ancaman
Hari ini yang berlalu
Belum tentu kesampaian hari esoknya
Pun begitu,
Mereka terus mereguk rahmat
Merengkuh harapan
Dari Sang Pencipta yang Maha Kuasa
Membina keyakinan
Bahawa kebenaran pastikan menang
Dan kebathilan kan lenyap jua
Biarlah masa menentukan
Namun, itulah realiti di bumi sana
MashaAllah, tegarnya mereka
Kentalnya semangat perjuangan mereka
Wira-wira kecil Palestina
Para syabab yang merelakan diri dinobatkan syuhada’
Kagumku pada mereka
Tak tergambar ketabahan diri
Menempuh liku-liku hidup
Demi meneruskan sisa-sisa perjuangan silam

Sering hati ini terdetik
Bilakah datangnya saat indah itu?
Bilamana bumi itu kembali hidup
Anak-anak kecil berlari bebas
Raut wajah mengukir senyum kepuasan
Gelak dan hilai tawa menghiasi panorama
Hati-hati kembali subur dengan haruman cinta
cinta yang disandarkan pada Ilahi
yang lahir atas keimanan yang utuh
bukan rapuh bak ranting kecil
ku masih keliru dan sangsi
kerna ianya menagih seribu pengorbanan
namun kupujuk jua diri ini
cuba merungkai persoalan di hati
tiada lagikah cinta di Palestina?


~Ukhti Siti Yusrina Nadihah Jamaludin (Ahlul Mumtazah)~

~1 Sha'baan 1427H~

~Melbourne, 2006~