Thursday, May 22, 2008

"Kamu Sudah Tahu, Maka Komitmenlah..."


Nota: Tulisan ini dimuatkan di sini setelah melayari website kegemaran, i.e. dakwatuna.com

MashaAllah, ana kira artikel ini sarat dengan nasihat penuh makna untuk muhasabah diri ana...Jutaan penghargaan serta jazakumullahu khayran katsiran buat penulis di ruangan "Tazkiyatun Nafs" dari team dakwatuna....semoga dapat dimanfaatkan oleh sahabat-sahabat yang ana kasihi fillah sekelian...inshaAllahu khayr :)


P/s: Penulis blog memohon izin untuk "Off" seketika daripada mengetip di sini...berikan laluan untuk menjadikan sepi sebagai teman....juga buat pencarian himmah....Allahu ta'ala a'laam...Shukran jazilan bagi yang tak jemu mengunjung...Moga Allah memberkati kalian, amin! (",)

Oleh: Ibnu Jarir, Lc

Kamu Sudah Tahu, Maka Komitmenlah


dakwatuna.com - Segala puji hanya bagi-MU ya Allah, kepada-MU segala yang ada di langit dan di bumi bertasbih dengan tidak mengenal lelah, jenuh, dan jemu, Maha Suci Engkau Ya Allah, Engkaulah yang mensucikan hati-hati hamba-Mu sesuai dengan kehendak-MU.

Wahai diriku…

Mari coba tatap dalam-dalam dan bertanyalah siapa kamu ?. Maka di sana akan terlihat seluruh kelemahan yang ada, balil insanu ‘ala nafsihi bashiroh.

Diriku…. bercermin kepada seorang sahabat, handzolah bin robi’ al usaidi ra. salah satu penulis wahyu, dengan segala kesadaran dirinya beliau mengatakan”Nafaqo handzolah” telah munafik Handzolah.

Diriku, apa yang terjadi pada diri Handzolah? Sampai-sampai ia menegur dirinya seperti itu? Padahal beliau sangat dekat dengan Rasullullah, jawabnya, tak lain adalah: kejujuran diri. Handzolah merasa iman yang dimilikinya terasa kuat ketika berada di dekat Rasulullah saw, seakan ia menatap surga dan neraka dengan kedua matanya, namun ketika ia kembali sibuk dengan keluarganya, dengan aktivitas duniawinya, ia merasakan kondisi dirinya sangat berubah.

Diriku.. dengan kata apa kau harus mengungkapkan konsdisimu? Seperti ungkapan handzolah kah? Atau lebih dari itu? Atau lebih buruk ? ya Allah ampunilah hambamu ini.

Wahai diriku….

Bukankah kamu juga telah mengenal siapa dirimu? Yang lebih banyak sibuk dengan dunia? Diri yang lemah dalam beribadah, diri yang merasa berat berkorban untuk taat? Diri yang banyak bicara sedikit kerja? Lalu apakah kamu masih terus melakukan itu, padahal Allah swt. telah menegurmu”Arodlitum bil hayatiddunya minal akhirat ? apakah kalian lebih cinta dunia dibanding akhirat ? Astagfirullah.

Diriku, jika kamu telah tahu segala kekuatan dan kelemahanmu, lalu apa yang akan kau lakukan? Memperbaikinya..? atau sebaliknya ?.

Bercerminlah wahai diriku kepada sahabat Huzaifah ra kala menjawab pertanyaan Rasul saw., Bagaimana kondisimu hari ini wahai Hudzaifah? dengan percaya diri ia menjawab”Alhamdulillah Ya rasul, saat ini aku menjadi seorang mu’min yang kuat iman, Rasul saw. bertanya kembali: “Hai Huzaifah sungguh segala sesuatu itu ada buktinya, maka apa bukti dari pernyataanmu itu? Jawab Huzaifah ra:” Ya Rasul; Tidak suatu pagi pun yang aku hidup padanya dan aku berharap untuk sampai pada sore hari, dan tiada sore pun yang aku hidup padanya dan aku berharap untuk hidup sampai pagi hari, melainkan aku melihat dengan jelas di depan mataku surga yang penduduknya bercanda ria menikmati keindahannya, dan aku melihat neraka dengan penghuninya yang berteriak menjerit histeris merasakan dasyatnya siksa.

Diriku….

Adakah kau merindukan surga sehingga gelora semangatmu membahana memenuhi ruas pori-pori jiwamu, tergerak seluruh kesadaranmu untuk bermujahadah dan berjihad meraih ridho-Nya? dan apakah kamu takut dan miris akan dasyatnya siksa neraka? Sehingga tak satupun sel tubuh ini kecuali berupaya terlindungi dari sengatannya pada hari pembalasan nanti?

Diriku…

Jika kamu telah mengetahui segala kelemahan yang ada , lalu kamu tidak segara menanggulanginya, maka ketahuilah kamu termasuk orang-orang yang merugi, begitu pula ketika kamu telah mengetahui kekuatanmu dan kamu tidak bisa mempertahankannya, maka kamu pun termasuk orang yang merugi.

Karena itu…

Perbaiki, jaga dan tumbuh suburkan kekuatan itu, agar amal shaleh, ketaatan dan da’wah tetap terjaga.

Dengarlah, tatkala Rasul saw. mendengar jawaban Huzaifah ra, Beliau saw. lalu mengatakan: “Arofta falzam, Anda sudah tahu, maka komitmenlah dengan apa yang anda tahu.” Wallahu’alam





Monday, May 12, 2008

Trailer Film: Sang Murobbi




Sedutan Trailer : Film Sang Murabbi

(Translasi oleh Akhi Qannas...Jazakumullahu khayran katsiran atas usaha-meskipun ada sedikit ralat...no worries...Great job, anyway!)

----------------------------------------------------------------

La yas tawi As habunnar wa ashabul jannah..

"Saya ingatkan ketika awal masa muassasi dimulai. Ingat, Qolallah wa Qolarrasul. Kembali pada asolah. Komitmennya itu harus dibangun di atas dasar kepada keaslian."

-----------------------------------------------------------------------

"Kalau tidak mahu jadi pegawai pemmret, lu mau jadi apa sih?"

"Rahmat ngajar ajar bu."

"Nggak lepas omongan dari dulu. Sampai sekarang pingin jadi guru aja. Ngak pingin jadi org berharta?"

"Guru itu justru hartanya banyak, Ngasi ilmu aja kerjanya."

"Ya udah, Jadi guru juga ngak apa2 sih. Bagus. Salah-satu, jangan korupsi."

-----------------------------------------------------------------

"Abi mintak maaf ya neng. Akhir-akhir ini abi sibuk bangat. jadi ngak sempat mau keluar sama kamu dan anak-anak,
neng."

"Ya,udah jadi risiko bi. Jadi isteri anggota DPR"

"Kamu senang abi jadi anggota DPR?"

"Ya saja. Tapi ummi lebih senang jadi isteri abi yg dulu."

"Kenapa?"

"Tu, rambut pada putih semua. Fikirkan negara ya?"

"Ada yg lebih berat, neng. Fikirin ummat."

--------------------------------------------------------------------------

"Saya faham. Kita memulai merintis dari awal. dari tidak punya apa-apa dan ketika perlahan-lahan kehidupan membaik.
Alhamdulillah. Tetapi saya lihat, banyak di antara pemimpin ummat ini lupa, ustaz. Apa gerangan yang membuat dunia ini menjadi lebih menarik daripada dakwah itu sendiri? Dan kita sudah lihat itu. Apakah ini, ini yg dikehendaki oleh perjuangan kita selama ini? Dengan
pengorbanan kami para ibu di belakang. Saya yakin bukan untuk itu ustaz. Pedih hati, ustaz, melihat iman kita ini dipertaruhkan itu
dikalahkan hanya oleh jabatan dan harta ustaz."

----------------------------------------------------------------

"Tapi afwan ya bi, jangan marah. Saya masih bingung besok masak apa. Wang yg abi kasi udah abis."

"Kalau wang udah abis, kita mintak aja lagi sama
Allah."

"Kan Allah kasinya lewat abi. Jadi saya mintanya sama abi."

"Ihihih.. kalau wang sudah abis,neng, itu bererti rezeki udah dtg lagi. Ayuh sumur aja. kalau sumur udah kering, bererti ujan udah mau datang."

"Abi lagi ngak punya wang ya?"

Mengenang Syaikh Tarbiyyah


Ustadz Rahmat Abdullah

1953-2005

Mencari spirit yg hilang...


(Izzatul Islam—Sang Murabbi)

~Jazakumullahu khayran katsiran kepada Akhi Nu'aym kerana sudi share mp3 ini...semoga bermanfaat buat semua, inshaAllah~

Download mp3 Sang Murabbi di sini

Thursday, May 08, 2008

Prasyarat kejayaan...

Salamun’alaikum wbt....inshaAllah, entry kali ini adalah sebagai menunaikan janji ana untuk satu perkongsian buat tatapan sahabat-sahabat ana sekalian. Asifati jiddan atas kelewatan. It indeed takes time for me to start writing on this matter, as compared to my other previous entries...wallahu musta’an. Semoga ada khayr-nya untuk ini. Amin.

3rd April 2008:

Sebaik sahaja selesai berurusan di kota Kuala Lumpur petangnya, malam hari yang sama ana dihantar oleh cousin ana ke Hentian Putra (HP) untuk berangkat pulang. Waktu berlepas 9.30 malam jelas di-print di tiket bas yang ana simpan beberapa hari sebelum ini. Alhamdulillah, tepat jam 9.30 malam, bas mula bergerak meninggalkan kekalutan dan hiruk-pikuk suasana di HP menuju ke Kelantan. Kali ini, ana memilih untuk membeli tiket terus ke Pasir Mas, bukan ke Kota Bharu seperti yang selalu dibuat sebelum ini. Kalau dibandingkan harga, memang lebih murah kalau turun di Kota Bharu...tetapi memikirkan soal keselamatan (since ana terpaksa travel bersendirian kali ini dan juga waktu ketibaan yang dijangkakan sebelum masuknya azan Subuh) membuatkan ana memilih untuk beli ‘direct ticket’ to Pasir Mas – tempat kediaman tetap ana sehingga sekarang.

Perjalanan menaiki bas adalah satu perkara yang biasa dan tidak begitu menyeronokkan, lebih-lebih lagi kalau bersendirian (despite kadang-kadang ada bus driver yang memasang apa-apa CD yang menarik untuk ditonton sepanjang perjalanan). Ditakdirkan, seat ana agak ke depan kali ini, tapi masih ada rasa risau bila memikirkan siapa yang memegang tiket seat sebelah ana? Huhuhuh...yang mampu ana buat adalah berdoa dan berharap agar perjalanan ini dilindungi dan diberkatiNYA...selamat tiba di destinasi tujuan...inshaAllah.

Sewaktu berlepas dari HP, ternyata tiada penumpang di sebelah seat ana. Alhamdulillah, jauh di sudut hati, ana berharap agar pemegang tiket tersebut sudah membatalkan niatnya atas urusan lain...(memandangkan memang bas kali ini fully-booked; menurut kata staf kaunter tiket HP). Huhuhu, rasanya kurang elok andai ana berfikir sedemikian...tapi harapnya kalau pun penumpangnya ada, biarlah seorang wanita atau yang lebih berusia dari ana. Allahu a’laam. (Seketika ana terdetik, what if Malaysia can implement a system in which we can choose whose person is going to sit next to us in the bus (particularly when traveling alone), i.e. in terms of gender? Sounds like weird, but I suppose that is somewhat necessary! Huhuhu, may it become true in the future, Ameen!)

Sepanjang perjalanan, ana memilih untuk membaca novel yang ana bawa bersama sewaktu bertolak ke KL sebelum ini. Mujurlah ana dapat seat berdekatan window, at least dapat juga meminjam cahaya-cahaya lampu di luar sana untuk membantu ana membaca (mashaAllah, dugaan juga nak membaca gara-gara lampu membaca di seat ana rosak)....unfortunately...Membaca novel itu hanyalah buat peneman diri sebelum terlena. Al-maklum, sebelum itu ana dah peningkan kepala dengan membaca bahan-bahan university yang agak ‘heavy’ bagi persediaan untuk temuduga....justeru, novel yang sedikit ‘ringan’ dapat merehatkan minda ana yang ternyata kepenatan. Allahu a’laam...mungkin cara ana berbeza dengan orang lain...tapi itulah cara ana. Noktah!

Sebaik sahaja bas yang ana naiki berhenti di Greenwood untuk mengambil penumpang lain, tiba-tiba ada orang menegur ana. Ini seat number ** (afwan, ana tak ingat seat number waktu itu). Pembacaan ana terhenti seketika kerana terkejut dengan sapaan seseorang. ‘Betul,’ jawab ana ringkas.

Penumpang tadi pun mengambil tempatnya….so, ditakdirkan Allah…kali ini memang ada penumpang di sebelah ana….huhuhu…tak mengapa, inshaAllah…everything will be ok (Tak tahu kenapa kali ini risau yang keterlaluan…mungkin kerana sudah begitu lama tak naik public transport di Malaysia…pasti canggung juga pada awalnya…Allahu a’laam…bertawakkal sepenuhnya pada Allah…Dia pasti menjaga ana).

Ana meneruskan pembacaan yang sebentar tadi terganggu. Seketika kemudian, penumpang tadi (ana gelarkan sebagai “N”) memulakan bicara.

N: Masih belajar atau dah kerja di KL?

Y: Baru habis dan dalam proses menunggu panggilan kerja (jika ada).

N: Owh ic. Saya pula dah kerja. Balik Kelantan ni pun kerana akan outstation nanti. Dulu grad dari uni mana?

**** Huhuhu....sepertinya ana tidak begitu berminat untuk teruskan perbualan. Ada baiknya ana sambung bacaan ana dan tunggu sehingga mata betul-betul mengantuk. Tapi kerana keramah-tamahan dia, ana jadi tak keruan. Akhirnya ana berusaha untuk menjawab setiap persoalan yang dia timbulkan.

Dalam banyak-banyak perkara yang kami bincangkan, ada satu isu yang amat terkesan di hati ana. Ana sempat bercerita tentang pengalaman ana di bumi Monash yang baru sahaja ditinggalkan dan juga ujian-ujian yang telah berlaku pada diri ana. Natijah daripada itu, dia berkongsi sesuatu dengan ana. Katanya:-

N: Saya percaya setiap daripada kita inginkan kejayaan dan kebahagiaan dalam hidup...termasuklah juga awak, kan? Tetapi, apakah yang perlu kita buat untuk mencapainya?

Y: Betul, saya sokong. Hm...(jawapan yang begitu bersahaja…sebabnya ana menantikan jawapan dari dia)

N: Peganglah pada dua prinsip ini: Syari’atullah dan Sunnatullah. Pertolongan dan penjagaan Allah hanya akan hadir bila syariat dan sunnah selesai. Dua perkara inilah dinamakan prasyarat kejayaan. Awak tahu kan maksud syari’atullah dan sunnatullah?

Y: Subhanallah, menarik perkongsian awak kali ini. Cukup berguna. InshaAllah, kalau dari segi makna dua terms yang awak sebutkan tadi, saya inshaAllah tahu. Tapi mungkin awak boleh huraikan lagi agar saya tak silap faham nanti. Allahu a’laam.

N: Baiklah…Syari’atullah maknanya syari’at Allah. Apa yang saya maksudkan dengan prasyarat kejayaan tadi adalah… “nak berjaya dan pada masa yang sama kita nak dapat keredhaan Allah...kita kena jaga syari’atullah.”

Y: Owh, begitu. Terima kasih untuk penjelasan. Boleh awak nyatakan contoh-contoh menjaga syari’atullah? (Sekali lagi, ana bertanya dengan nada bersahaja…harapnya dia tidak jenuh melayan persoalan-persoalan ana yang agak bertubi-tubi….huhuhu…memang begini cara ana belajar…belajar dengan cara menyoal).

N: Kalau nak diperincikan lagi tentang statement saya tadi, kiranya kita jaga elok-elok...solat kita..puasa kita....basically amal-amal ibadah kita kena diperelokkan. Soal sunnatullah pula, it's basically ketetapan Allah sejak azali lagi…contohnya, kita makan dan akhirnya kita kenyang. Kalau kita mengantuk, kita akan tidur dan selepasnya kita jadi lebih bertenaga...dan seerti dengannya.

Y: So, in other words....kita kena berusaha untuk mendapatkan kejayaan yang diredhai itu dengan berlandaskan syari’atNYA? Am i right?

N: Yes, sebab sunnatullah-nya...kita dapat something dengan melakukan something…. bukan dengan hanya goyang kaki..dan tunggu rezeki turun dari langit. Sama juga halnya...kalau kita ni seorang yang amat taqarrub (dekat) dengan Allah...tapi usaha kita tak seberapa...atau kita seolah-olah putus asa....itu masih belum cukup untuk melayakkan kita mendapat kejayaan yang diredhai. Allahu a’laam.

Y: MashaAllah, mantap! So, apa kesimpulan yang sesuai kat sini? (based on pendapat awak berserta justification yang awak buat tadi).

N: In a nutshell..perhatikanlah kedua-dua perkara tadi…jangan sampai ada yang diabaikan…inshaAllah...moga-moga Allah akan berikan kita kejayaan dan ianya dlm keadaan Allah redha pada kita...

Y: InshaAllah, mudah-mudahan. Sekali lagi, terima kasih banyak-banyak atas perbincangan yang menarik tadi. May Allah bless you.

*** Sedar tak sedar, perbincangan kami berlanjutan sehingga jam 2 pagi...ini memang satu pengalaman yang baru buat ana....sebab selalunya ana kurang berinteraksi dengan orang lain apabila perjalanan di waktu malam. Allahu a’laam...apa yang pasti, ana bersyukur kerana berkesempatan untuk mengenali si “N” tadi. InshaAllah, moga ada sesuatu yang dapat dikutip buat bekalan daripada hasil perbualan biasa kami....-THE END-

P/s: Rasa-rasanya, siapakah gerangan si “N” tadi? Kalau berdasarkan dari cara dia memberi penjelasan dan penerangan kepada ana, apakah kesimpulan yang dapat dibuat? Does it ring a bell to anyone? If not, no worries...(“,)

Sunday, May 04, 2008

Erti Sebuah Kegagalan...



“Adalah mudah untuk bersenang hati ketika hidup kita mengalir seperti sebuah lagu. Tetapi yang patut dihargai adalah mereka yang mampu tersenyum, walaupun semuanya berjalan salah...kerana ujian hati adalah kesulitan, dan ini selalu datang sepanjang masa kehidupan. Dan senyuman yang patut diberi pujian adalah senyuman yang bersinar melalui mengalirnya air mata…”

Setiap dari kita pastinya sentiasa mengimpikan kejayaan dan kebahagiaan dalam hidup…malah akan berusaha semampu mungkin untuk menghindarkan diri dari sebarang kesusahan atau bencana. Tiada siapa di dunia ini yang dengan sewenang-wenangnya meminta agar diberikan kesedihan atau kegagalan. Jika diberikan pilihan antara bahagia atau sengsara, pastinya bahagia yang menang. Inilah fitrah manusia yang lemah....yang sentiasa dalam keadaan membutuhkan (baca: berkehendakkan) sesuatu...baik sekecil-kecil perkara, mahupun sebesar-besar perkara. Perlu diingat, kesulitan tidak pernah memandang umur. Entah berumur 7, 17, atau 70 tahun, kita tidak dapat memastikan datangnya saat-saat mendung dalam kehidupan kita.

Sejenak terkenang akan kata-kata ustaz kesayangan ana semasa di alam persekolahan menengah dulu. Ustaz Mokhtar, seorang guru Bahasa Arab yang cukup disenangi oleh para pelajar tak pernah lekang daripada menaburkan kata-kata nasihat penuh makna buat kami, termasuklah diri ana. Ustaz pernah kata:

“Enti, nak senang mesti susah dulu...Ustaz dulu pun dah banyak rasa hidup susah…dah banyak makan asam-garam daripada enti…” begitulah kalimah-kalimah yang sudah tidak asing lagi buat ana...dan alhamdulillah, masih menjadi panduan hidup ana sehingga sekarang.

Suatu masa Ustaz pernah berkongsi pengalaman pahit beliau sewaktu menerima berita kematian ayahandanya kerana menderita sakit jantung. Waktu itu, beliau masih lagi belajar di Cairo, dan jauh terpisah daripada keluarga. Ana ingat-ingat lupa adakah Ustaz sempat melihat jenazah ayah sebelum dikebumikan..tapi yang ana ingat...Ustaz pernah berpesan kepada ahli-ahli keluarga beliau supaya tidak menyampaikan apa-apa berita sedih dari Malaysia selagimana beliau masih berada di Cairo...bukan apa, Ustaz tidak mahu semangatnya luntur kerana beliau telah bersusah-payah untuk melayakkan diri berada di sana...Wallahu a’laam...mungkin itu cara Ustaz ana yang ana kira sedikit ‘unik’ namun wajar. Pun begitu, bukan perkara mudah untuk menyembunyikan sebuah kesedihan, apalagi kalau ianya melibatkan mereka yang tersayang...inilah namanya manusiawi.

“Di balik kesulitan pasti ada kemudahan,” demikian firman Allah dalam QS Alam Nasyrah: ayat 6. Tidak ada mendung dan badai yang berkepanjangan, kerana hari cerah pasti datang sesudahnya.

Namun, banyak orang yang tidak bisa melalui hari-hari sulit seperti gagal dalam ujian, perceraian, bankrup dalam perniagaan, hutang keliling-pinggang, terkena penyakit berat dan sebagainya. Ketidakmampuan menghadapi kegagalan boleh membuatkan mereka mudah menyerah, malu, marah atau putus harapan. Maka, boleh jadi seluruh kehidupannya menjadi ‘badai yang tak pernah berlalu.’

Kejayaan selalu dianggap kehormatan, sedangkan kegagalan sering dianggap kehinaan. Namun, sebenarnya tidak ada kejayaan yang diperoleh tanpa melalui proses belajar dari kegagalan masa lalu. Istilah ‘berjaya dalam hanya satu malam’ sebenarnya hampir tidak pernah ada di dunia nyata.

Sejak usia kecil kita perlu diajari bahawa setiap orang pernah mengalami hari-hari susah dan kegagalan, tetapi bukan tanpa tujuan. Kegagalan dan kesulitan bisa membawa mereka ke gerbang kejayaan.






Kegagalan perlu dipandang sebagai batu loncatan, bukan sebagai lampu merah tanda berhenti. Ford, pereka kereta, boleh menjadi begitu berjaya setelah menempuh kegagalan berkali-kali dan sikap pantang menyerah untuk mencuba.

Kita harus melihat kejayaan dan kegagalan dalam perspektif yang ternyata bukan suatu hal yang mudah. Kita perlu memandang kegagalan dengan dua pandangan positif; iaitu:

  1. sebagai kesalahan yang dapat diperbaiki, dan
  2. sebagai kesempatan untuk belajar dari kesalahan dalam melangkah ke depan.

Kita perlu mengetahui bahawa kita adalah “lebih besar dari kegagalannya.”

Semakin kita mampu menerima kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, maka akan semakin tinggi pula motivasinya untuk menerima tentangan baru. Bahkan, kejayaan sekecil apapun akan meningkatkan rasa percaya diri kita untuk menjelajahi cakerawala kehidupan.

Dalam ertikata yang lain, terpulanglah kepada kita sendiri untuk mendefinisikan sesebuah kejayaan atau kegagalan itu. Jika kalian menyifatkan kejayaan itu dengan memiliki sejumlah wang yang banyak, maka kalian layak dikatakan berjaya jika dapat mengumpulkan harta bertimbun, atau sebaliknya. Tapi jika kalian menjadikan keredhaan Allah sebagai kejayaan, maka itulah kejayaan yang hakiki dan paling atas di antara yang teratas. Telah tertulis dalam Kitabullah bahawa redha Allah adalah anugerah yang paling berharga dan harus didambakan oleh setiap insan. Wallahu ta’ala a’laam...Semoga bermanfaat buat yang sudi membaca....Untuk kesekian kalinya, dimaklumkan bahawa ana sekadar memperingatkan dan memuhasabah diri sendiri...tanpa sebarang niat untuk menggurui, inshaAllah...tapi alangkah bersyukurnya ana sekiranya ada insan-insan lain yang dapat mengambil pengiktibaran darinya...walau sedikit cuma...Allahu a'laam...Asifati jiddan ‘ala kulli hal. Semoga Allah sentiasa memelihara kita semua. Amin...


~ Diolah daripada sebuah artikel di Buletin Tarbiah, 2006 ~

Saturday, May 03, 2008

Peristiwa 1 Mei 2008: Pembukaan Klinik Keluarga...

Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar...

Pada 1 Mei yang baru sahaja lewat, kami telah dengan rasminya membuka klinik keluarga kami di Kota Bharu...Sekalung ucapan tahniah dan selamat maju jaya ditujukan kepada pasangan suami-isteri yang juga merupakan Pakcik dan Makcik yang amat disayangi...





Tahniah sekali lagi buat Dr. Mohd Kamil Ahmad dan Dr. Nor Azizah Khazizi atas usaha gigih mewujudkan Klinik Wakaf Siku 4 ini...Kami sebagai ahli-ahli keluarga besar senantiasa mendoakan kejayaan kalian...We are all behind you, inshaAllah...semoga ianya mampu meraih redha Allah...Amin.





Wishing you all the best in your life...hopefully, your hard work paid off...inshaAllah...(",)