Assalamualaikum wbt buat sahabat-sahabat yang ana kasihi fillah sekelian…terasa dah lama tidak mengetip keyboard untuk blog ana…aasifati dan rimbunan kemaafan dipinta atas kelemahan diri dan kapasiti yang ternyata terhad…ana hanyalah insan dhaif yang biasa…Allahu a’laam..
InshaAllah, entry kali ini ana tujukan buat sahabat-sahabat ana yang sangat ana rindui dan inshaAllah sentiasa dikenang dalam doa seharian ana…tiada apa yang ana mampu berikan..hanyalah sekeping hati yang menyayangi saudara-saudara seaqidah…teman seperjuangan kerana Allah SWT…ana mungkin pernah mengabaikan hak kalian sebagai seorang sahabat…atau mungkin ana pernah mengecewakan sesiapa atas sikap ana sendiri…justeru, ana kongsikan entry ini agar ianya dapat dimanfaatkan oleh sahabat-sahabat sekelian…semoga tautan hati yang diperkukuhkan dengan doa Rabithah ini bisa berkekalan hingga ke akhirnya….dan jalinan ukhuwwah ini diredhai Allah….kerana matlamat utama hidup sebagai musafir lalu ini adalah menggapai keredhaan Allah…sekali lagi…ana memohon kemaafan dan terima kasih teman-temanku…moga Allah memelihara kalian semua…Ameen.
Kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang tanpa dapat menahan diri menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir :
"HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU."
Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencuba berenang untuk menyejukkan galaunya.
Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi.
Namun, ternyata oasis tersebut cukup dalam sehingga ia nyaris tenggelam, dan diselamatkanlah ia oleh sahabatnya.Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu :
"HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENYELAMATKAN NYAWAKU."
Si penolong yang pernah menampar sahabatnya tersebut bertanya,"Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?"
Temannya sambil tersenyum menjawab,"Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila dalam antara sahabat terjadi sesuatu kebajikan sekecil
apa pun, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tetap terkenang tidak hilang tertiup waktu."
Dalam hidup ini sering timbul beza pendapat dan konflik kerana sudut pandang yang berbeza. Oleh kerananya cubalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu.
Marilah kita belajar menulis di atas pasir!
Wallahu ta’ala a’laam…ana al-faqeerah ilallah…
InshaAllah, entry kali ini ana tujukan buat sahabat-sahabat ana yang sangat ana rindui dan inshaAllah sentiasa dikenang dalam doa seharian ana…tiada apa yang ana mampu berikan..hanyalah sekeping hati yang menyayangi saudara-saudara seaqidah…teman seperjuangan kerana Allah SWT…ana mungkin pernah mengabaikan hak kalian sebagai seorang sahabat…atau mungkin ana pernah mengecewakan sesiapa atas sikap ana sendiri…justeru, ana kongsikan entry ini agar ianya dapat dimanfaatkan oleh sahabat-sahabat sekelian…semoga tautan hati yang diperkukuhkan dengan doa Rabithah ini bisa berkekalan hingga ke akhirnya….dan jalinan ukhuwwah ini diredhai Allah….kerana matlamat utama hidup sebagai musafir lalu ini adalah menggapai keredhaan Allah…sekali lagi…ana memohon kemaafan dan terima kasih teman-temanku…moga Allah memelihara kalian semua…Ameen.
Kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang tanpa dapat menahan diri menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir :
"HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU."
Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencuba berenang untuk menyejukkan galaunya.
Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi.
Namun, ternyata oasis tersebut cukup dalam sehingga ia nyaris tenggelam, dan diselamatkanlah ia oleh sahabatnya.Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu :
"HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENYELAMATKAN NYAWAKU."
Si penolong yang pernah menampar sahabatnya tersebut bertanya,"Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?"
Temannya sambil tersenyum menjawab,"Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila dalam antara sahabat terjadi sesuatu kebajikan sekecil
apa pun, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tetap terkenang tidak hilang tertiup waktu."
Dalam hidup ini sering timbul beza pendapat dan konflik kerana sudut pandang yang berbeza. Oleh kerananya cubalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu.
Marilah kita belajar menulis di atas pasir!
Wallahu ta’ala a’laam…ana al-faqeerah ilallah…
ukhti habibati....Ukhti Nurul Fathim Ridayu Ramli...ana pun dengan penuh rasa kedhaifan memohon rimbunan keampunan seandainya ana selama ini gagal menunaikan hak ukhti sbg insan bergelar sahabat baik ana..dunia dan akhirat..inshaAllah...
ReplyDeleteBuang yang keruh..ambil yang jernih...Ana pun sayangkan anti lebih dari diri ana sendiri...Allah yubarak fiikum...Ameen
a friend used to tell me this story.in english version.it was soo 5 years ago.
ReplyDeletetak sangka dpt teringat balik cerita ni.masyaAllah.it indeed trying to convey an important msg here.
may Allah bless.
Yes, you are right...this same story is also available in English version...it's known as The Sand and Stone...inshaAllah, may we all get the gist of it...may Allah bless you too..Ameen =)
ReplyDelete